Fakta-fakta Kereta Cepat Vietnam Rp1.080 Triliun: Tanpa Teknologi dan Uang Asing

VinWonders
Ilustrasi. Vietnam berencana membangun jalur kereta Utara-Selatan yang ditargetkan rampung pada 2035.
Penulis: Agustiyanti
8/10/2024, 14.20 WIB

Vietnam berencana untuk mengembangkan jalur kereta api cepat Utara-Selatan menggunakan dana dan teknologi dalam negeri. Nilai proyek ini ditaksir mencapai 1,713 triliun dong Vietnam atau setara Rp 1.080 triliun dengan asumsi kurs 1 dong setara Rp 0,63. 

Penggunaan dana dan teknologi sendiri dipilih Vietnam untuk mengurangi ketergantungan pada pinjaman luar negeri dan memastikan kontrol yang lebih baik atas konstruksi, transfer teknologi, dan operasional dalam jangka panjang.

Wakil Menteri Perhubungan Nguyen Danh Huy, W mengatakan, proyek kereta api cepat ini akan didanai teanggaran negara dan meminimalkan kebutuhan untuk transfer teknologi asing. Pihaknya telah meneliti proyek tersebut selama 18 tahun dengan mengirimkan beberapa delegasi untuk belajar dari pengalaman negara lain.

Adapun pendanaan rencananya akan bersumber dari anggaran pusat, obligasi pemerintah, kontribusi dari daerah, dan pinjaman berbunga rendah.

"Dengan semangat kemandirian dan kepercayaan diri, Kami telah memutuskan bahwa kami tidak akan bergantung pada pinjaman luar negeri, karena meminjam dari negara mana pun sering kali disertai syarat," kata Huy pada pekan lalu, seperti dikutip dari VNExpress.

Ia menjelaskan, pemilihan teknologi rel kecepatan tinggi akan didasarkan pada biaya dan potensi akuisisi teknologi dalam negeri. Adapun jika melibatkan kontraktor asing, menurut dia, kontraktor tersebut harus memanfaatkan barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri, yang memungkinkan perusahaan lokal untuk berkontribusi pada pembangunan proyek.

"Industri konstruksi Vietnam mampu menangani jalan, jembatan, terowongan, dan jembatan kabel, sehingga memposisikannya dengan baik untuk berpartisipasi," katanya.

Menurut kementerian transportasi, Vietnam secara layak dapat menguasai teknologi rel kecepatan tinggi untuk kecepatan 250 kpj, 300 kpj, dan 350 kpj. Studi menunjukkan bahwa Vietnam dapat memperoleh keahlian dalam konstruksi, operasi, pemeliharaan, dan akhirnya melokalisasi produksi suku cadang pengganti dengan transfer teknologi dan kebijakan yang tepat.

Mengenai kecepatan, mereka mencatat bahwa teknologi 250 kpj telah dikembangkan sekitar 50 tahun lalu dan menjadi standar hingga 25 tahun lalu sehingga cocok untuk jarak pendek dan menengah. Namun, tren global untuk rute jarak jauh lebih dari 800 km, seperti rute utara-selatan Vietnam, sekarang adalah 350 kpj, yang lebih cocok untuk daerah dengan kepadatan penduduk tinggi.

Negara-negara dengan rute menengah hingga panjang yang melebihi 800 km sering memilih 350 kpj. Di Tiongkok, para ahli telah menyarankan bahwa meningkatkan jalur kereta api 250 kpj menjadi 350 kpj merupakan tantangan. Pembanguna  jalur kereta dengan kecepatan 360 kpj juga sedang dilakukan Rusia antara Moskow dan St. Petersburg. Peningkatan kecepatan daripada meningkatkan jalur 160 kpj yang sudah ada.

Konsultan memperkirakan, jalur kereta api utara-selatan Vietnam, yang menghubungkan Hanoi dan Kota Ho Chi Minh dengan kecepatan 350 kpj dapat menarik 12,5% lebih banyak penumpang dibandingkan dengan jalur 250 kpj. Meskipun membangun jalur berkecepatan 350 kpj membutuhkan biaya 8-9% lebih mahal, peningkatan dari 250 kpj akan lebih sulit.

"Merancang rel kereta api berkecepatan 350 kpj lebih menarik dan efisien, dan kemungkinan akan menarik lebih banyak penumpang daripada desain 250 kpj, meskipun biaya infrastrukturnya lebih tinggi," kata Huy.

Pemilihan konsultan internasional dan pelaksanaan studi kelayakan proyek ini rencananya akan dilaksanakan pada 2025-2026. Pembebasan lahan dan pemilihan kontraktor untuk ruas Hanoi-Vinh dan Nha Trang-Kota Ho Chi Minh diharapkan akan dimulai pada akhir 2027. Pekerjaan pada ruas Vinh-Da Nang dan Da Nang-Nha Trang direncanakan pada tahun 2028-2029. Adapun seluruh jalur dijadwalkan selesai pada akhir tahun 2035.

Huy mengakui bahwa proyek infrastruktur sering kali mengalami penundaan karena masalah pembebasan lahan. Namun, ia memastikan, jalur kereta api cepat utara-selatan merupakan prioritas utama dengan dukungan politik yang kuat, dan sumber daya domestik dan internasional akan dimobilisasi untuk memastikan penyelesaian tepat waktu.

Vu Hong Phuong, Direktur Dewan Manajemen Proyek Perkeretaapian, menekankan bahwa signifikansi nasional proyek tersebut memerlukan kebijakan khusus untuk memenuhi target penyelesaian tahun 2035.

"Kami akan mengusulkan kebijakan khusus untuk mempercepat pembebasan lahan, pemukiman kembali, dan infrastruktur teknis," kata Phuong.

Jalur kereta api cepat utara-selatan akan memiliki jalur ganda dengan lebar rel 1.435 mm, dialiri listrik untuk kecepatan desain 350 kpj dan kapasitas beban 22,5 ton per gandar. Jalur sepanjang 1.541 km akan mencakup 23 stasiun penumpang dan lima stasiun barang, yang melayani penumpang dan, jika diperlukan, transportasi barang. Jalur kereta api utara-selatan saat ini akan terus menangani perjalanan barang dan penumpang jarak pendek.

Proyek ini menandai perubahan dari rencana sebelumnya, yang membayangkan kereta api berkecepatan tinggi hanya untuk penumpang dengan 14 stasiun dan tanpa terminal barang. Proyek ini akan ditinjau untuk mendapatkan persetujuan investasi selama sidang kedelapan Majelis Nasional ke-15, yang dimulai pada tanggal 20 Oktober 2024.