Menteri Rosan Sebut Prabowo Akan Fokus Hilirisasi Rumput Laut hingga Sawit

ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.
Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani memberikan pemaparan dalam sesi pleno pada acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
15/10/2024, 19.04 WIB

Menteri Investasi Rosan P Roeslani memberikan sinyal fokus program hilirisasi pada pemerintahan Prabowo Subianto ada di bidang agrikultur. Beberapa komoditas yang disoroti Rosan adalah rumput laut, minyak sawit mentah, pala, karet, kelapa, dan ikan rajungan.

Rosan menyampaikan pemerintah telah memiliki peta jalan hilirisasi strategis. Oleh karena itu, komoditas yang digarap pemerintah tidak akan terbatas pada sektor pertambangan.

"Komoditas yang akan didorong pemerintah selanjutnya dalam program hilirisasi adalah rumput laut," kata Rosan di kantornya, Selasa (15/10).

Rosan menjelaskan industri turunan rumput laut cukup banyak, seperti makanan, kosmetika, dan agar-agar. Adapun salah satu keuntungan komparatif pengembangan rumput laut adalah panjang garis pantai nasional.

Badan Informasi Geospasial mendata panjang garis pantai di dalam negeri mencapai 99.093 kilometer. Oleh karena itu, Rosan menilai potensi pengembangan produksi rumput laut di dalam negeri cukup besar.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengatakan potensi nilai tambah dari hilirisasi rumput laut mencapai Rp 11,8 miliar atau Rp 182 triliun. Pemerintah berencana memulai proyek percontohan budidaya rumput laut senilai US$ 2 juta atau Rp 31,06 miliar pada tahun depan.

Rosan mendata total investasi pada program hilirisasi mencapai Rp 1.245,8 triliun sejak 2020 hingga September 2024. Mayoritas atau 60,99%  dana tersebut berbentuk smelter senilai Rp 759,83 triliun.

Sementara itu, total investasi hilirisasi sektor kehutanan dilakukan pada industri kertas dan bubur kertas senilai Rp 196,99 triliun. Hilirisasi di bidang pertanian dilakukan pada industri minyak sawit mentah maupun oleokimia senilai Rp 130,23 triliun.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Mochammad Firman Hidayat sebelumnya menjelaskan,  pasar produk hilir rumput laut akan memuncak pada 2040.

Beberapa pasar produk hilir yang diperkirakan memuncak pada 2040 adalah pupuk organik yang mencapai US$ 10 miliar dan plastik ramah lingkungan lebih dari US$ 40 miliar pada 2040.

"Jadi, efek berantait dari tahapan hilirisasi rumput laut akan sangat banyak dari sisi tenaga kerja," ujarnya.

Firman menjelaskan, harga rumput laut di dalam negeri saat ini mencapai US$ 1.000 sampai US$ 2.000 per ton. Sementara itu, industri pupuk organik dapat menyerap rumput laut di harga US$ 8.000 per ton.

Sementara industri Karagenan & Agar bisa menyerap hingga US$ 13.000 per ton. Karagenan & Agar adalah bahan baku bagi industri farmasi, kosmetik, dan makanan olahan.

Firman mengatakan industri substitusi gandum perlu menyerap rumput laut seharga US$ 300 per ton agar mencapai skala ekonomi. Rumput laut untuk industri plastik ramah lingkungan dinilai US$ 250 per ton dan biofuel senilai US$ 100 per ton.

Ia menilai nilai investasi hilirisasi rumput laut jauh lebih murah dibandingkan dengan hilirisasi nikel. Sebab, investasi untuk pengembangan 1,2 juta hektar hanya membutuhkan US$ 48 juta atau Rp 745,58 miliar.

Reporter: Andi M. Arief