Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut, aplikasi Temu telah diblokir dari Google Playstore dan Apple App Store di Indonesia. Indonesia memiliki sikap berbeda dari lima negara ASEAN lainnya yang tak melarang layanan aplikasi tersebut masuk.
"Indonesia memang sudah menandatangani Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Cina, tetapi setiap negara tetap harus melindungi pasarnya masing-masing," kata Teten di kantornya, Kamis (17/10).
Teten mengatakan, pemerintah punya kepentingan untuk melindungi industri dalam negeri utama industri manufaktur dan UMKM. Temu dianggap memiliki kemampuan untuk merusak bisnis UMKM di Indonesia.
Berdasarkan pantauan Katadata, aplikasi Temu masih bisa diunduh di Google Playstore dan dioperasikan. Namun, barang yang ada di Temu tidak bisa dikirim ke Indonesia karena lantaran tidak ada pilihannya di daftar negara tujuan.
Sejauh ini, ada lima negara anggota Asean yang ada di daftar negara tujuan Temu, yakni Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, dan Thailand. Aplikasi ini menyediakan layanannya di 82 negara.
"Kalau diadu dengan negara-negara yang telah mengizinkan Temu, itu urusan negara lain. Indonesia ini negara kita, ini masalah prinsip," ujarnya.
Temu adalah lokapasar asal China yang telah merambah pasar global setidaknya sejak tahun lalu. Apliasi menawarkan layanan gratis ongkos kirim untuk hampir semua pesanan dengan waktu pengiriman 5-20 hari.
Temu memasok produk kebutuhan sehari-hari atau consumer goods yang terhubung dengan 25 pabrik di Cina langsung ke konsumen. Proses ini menghilangkan peran reseller, affiliator, dan distributor, sehingga harga produknya lebih murah.
Temu belum lama ini dikabarkan berencana mengakuisisi terhada PT Bukalapak.com atau BUKA. Analis Mirae Asset Sekuritas Christopher Rusli menilai, Bukalapak berpotensi menjadi kandidat akuisisi yang menarik bagi Temu. Ia menjelaskan bahwa model bisnis Bukalapak dinilai sangat cocok dengan visi dan operasi Temu.
Selain itu, menurut dia, Bukalapak dinilai lebih menarik sebagai target akuisisi dibandingkan dengan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI). Pasalnya, BELI hanya menawarkan lisensi tanpa memberikan keuntungan strategis yang signifikan, sedangkan Bukalapak sudah memiliki jaringan dan infrastruktur yang siap untuk dimanfaatkan secara maksimal.
Akuisisi ini juga dianggap sebagai kesempatan bagi Bukalapak untuk kembali mendapatkan perhatian pasar setelah beberapa tahun terakhir mengalami penurunan daya saing dibandingkan dengan kompetitornya seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada.
“Faktor-faktor ini membuat BUKA menjadi pilihan strategis untuk masuknya Temu ke Indonesia,” tulis Chris dalam risetnya Selasa (8/10).