Produksi Turun, Pengusaha Ramal Harga CPO Naik Hampir 30% Tahun Depan

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/nym.
Ilustrasi. Gapki memproyeksikan harga minyak sawit mentah atau CPO bergerak di kisaran 3.500 ringgit pada paruh kedua tahun ini.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
22/10/2024, 17.34 WIB

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki memproyeksikan harga minyak sawit mentah atau CPO bergerak di kisaran 3.500 ringgit pada paruh kedua tahun ini. Harga CPO berpeluang naik hampir 30% menjadi sekitar 4.500 ringgit pada paruh pertama tahun depan. 

Sekretaris Jenderal Gapki M. Hadi Sugeng mengatakan, kenaikan harga tersebut disebabkan oleh penurunan produksi pada Januari-Juni 2025. Pada saat yang sama, permintaan CPO akan naik akibat beberapa hari besar, seperti Idul Fitri, Imlek, dan Tahun Baru 2025.

"Mudah-mudahan harga CPO tahun depan paling tidak bisa di kisaran 4.000 ringgit pada tahun depan," kata Hadi di kantornya, Selasa (22/10).

Hadi berpendapat peningkatan harga CPO pada paruh pertama tahun depan juga disebabkan oleh penurunan produksi sepanjang tahun ini. Ia mencatat produksi CPO dan Minyak Inti Sawit Mentah atau CPO susut 4,86% secara tahunan pada Januari-Agustus 2024 menjadi 34,52 juta ton.

Hadi meramalkan penyusutan produksi CPO dan CPKO akan susut sekitar 5% secara tahunan hingga akhir tahun ini menjadi sekitar 51 juta ton. Untuk diketahui, total produksi CPO dan CPKO pada tahun lalu mencapai sekitar 54 juta ton.

Ia menjelaskan penyusutan produksi pada tahun ini masih disebabkan oleh dampak El Nino tahun lalu. Kondisi tersebut diperburuk dengan menuanya sebagian besar atau 46% tanaman sawit di dalam negeri.

Hadi mencatat, produktivitas pada hampir setengah pohon sawit di dalam negeri susut pada tahun ini. Menurutnya, produktivitas CPO pada tahun depan tidak akan berubah lantaran belum ada peningkatan signifikan dalam program Peremajaan Sawit Rakyat pada tahun ini.

Kementerian Pertanian mendata total luas perkebunan sawit mencapai 16,8 juta hektare pada tahun lalu. Adapun luas kebun sawit rakyat mencapai 37% atau 6,3 juta hektare.

Sementara itu, perkebunan sawit swasta mendominasi atau 50% dari total luas kebun sawit seluas 8,4 juta hektare. Namun Hadi menyampaikan peremajaan hanya dilakukan pada 5% dari total luas kebun per tahun.

Karena itu, Hadi menilai produksi CPO pada tahun depan tidak akan tumbuh lebih dari dua digit. Alhasil, Hadi menargetkan volume produksi CPO dan CPKO pada 2025 maksimal setara dengan capaian tahun lalu atau sekitar 55 juta ton.

"Dengan curah hujan yang cukup bagus pada tahun ini, paling tidak volume produksi CPO dan CPKO kembali seperti 2023 atau sekitar 55 juta ton," ujarnya.

Reporter: Andi M. Arief