Program 3 Juta Rumah Bisa Bantu Industri Semen yang Terseok Kelebihan Kapasitas
Asosiasi Semen Indonesia atau ASI menyatakan, program tiga juta rumah akan membantu masalah kelebihan produksi di yang saat ini terjadi di industri. Program ini dinilai dapat mengungkit utilisasi industri semen nasional ke tingkat tertinggi sepanjang masa atau hingga 70% pada 2026.
Utilisasi industri semen saat ini stabil di kisaran 65% hingga 2019. Pandemi Covid-19 pernah memukul utilisasi industri semen hingga hanya 55% pada 2020.
"Program tiga juta rumah baru tidak akan sampai memunculkan investasi baru. Kami berharap stimulus tersebut akan menaikkan kapasitas produksi industri semen di dalam negeri," kata Sekretaris Jenderal ASI Ari Wirawan kepada Katadata.co.id, Jumat (25/10).
Ari menilai, program tiga juga rumah akan mengubah komposisi penjualan semen di dalam negeri. Untuk diketahui, kini 70% semen dijual secara ritel dalam bentuk kantong, sedangkan 30% dijual secara curah.
Semen dalam bentuk kanton umumnya digunakan untuk pembangunan perumahan, sementara semen dalam bentuk curah adalah bahan baku pembangunan infrastruktur. Ari meramalkan program tiga juta rumah akan membuat kontribusi penjualan semen berbentuk kantong naik menjadi 75%.
Dengan demikian, Ari optimistis volume produksi semen pada 2025-2026 akan naik antara 2% sampai 3%. "Jadi, kami harapkan stimulus program tiga juta rumah ini bisa menggairahkan industri semen di dalam negeri," ujarnya.
Ari menyampaikan, industri semen tidak membutuhkan investasi baru lantaran kapasitas terpasang nya telah mencapai 120 juta ton. Namun utilisasi atau volume produksi yang dihasilkan kurang dari 60% atau 72 ton selama empat tahun terakhir.
Ia mendata utilisasi industri semen hingga Oktober 2024 baru mencapai 56%. Menurutnya, angka tersebut akan naik menjadi 58% akibat kelanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara pada tiga bulan terakhir tahun ini.
Ari menemukan, volume produksi semen pada tahun ini hanya akan tumbuh 1% secara tahunan. Adapun volume produksi semen hingga September 2024 hanya naik 0,8% dari Januari-September 2023 sejumlah 46,4 juta ton menjadi 46,78 ton.
Ia menyampaikan lesunya permintaan semen pada tahun ini disebabkan oleh dua pesta demokrasi, yakni Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah. Alhasil, sebagian besar konsumen memilih untuk menahan pembelian rumah yang akhirnya membuat pembangunan rumah tertunda.
Ari mencatat penurunan pembangunan rumah membuat konsumsi di Pulau Sulawesi anjlok hingga minus 11,9%. Capaian tersebut akhirnya membayangi peningkatan konsumsi semen di beberapa wilayah, seperti Pulau Kalimantan sebesar 17,9% dan Nusa Tenggara sekitar 7,1%.
"Kami berharap volume produksi pada tahun ini tidak berakhir minus atau lebih rendah dari tahun lalu," katanya.