Bappenas: Regionalisasi Jadi Kunci Ketahanan Pangan

ANTARA FOTO/Angga Budhiyanto/gp/Spt.
Ilustrasi.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
25/10/2024, 20.13 WIB

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau PPN menilai, regionalisasi pangan dapat menjadi kunci dalam menciptakan ketahanan pangan nasional. Regionalisasi pangan merupakan sistem yang berfokus pada keunggulan komparatif setiap wilayah dalam memproduksi produk pangan pertanian.

Koordinator Bidang Pangan Bappenas Ifan Martino mengatakan, regionaliasi dapat memperkuat ketahanan pangan nasional ketika terjadi gangguan atau kendala berupa bencana alam hingga bencana kesehatan seperti COVID-19.

"Regionalisasi itu bagaimana sistem pangan kita itu sifatnya lebih lokal, lebih kecil-kecil lagi, sehingga ketika ada shock tadi, dia tidak akan terganggu, sudah punya sistem sendiri," ujar Ifan dalam Festival Jejak Pangan Lestari, di Jakarta, Jumat (25/10).

Bappenas berencana mengembangkan sistem regionalisasi guna menciptakan ketahanan pangan yang kuat di seluruh wilayah Indonesia. Setiap daerah akan mengembangkan pangan yang menjadi potensi di wilayah masing-masing. Ia  mencontohkan Pulau Jawa yang cocok untuk ditanam padi, jagung, dan kedelai.

"Potensi pangan yang potensial secara budidaya, dan juga secara konsumsi masyarakat itu bisa diterima. Nah, hal-hal yang kayak gini yang mau kita coba kembangkan, seperti apa sih bentuknya ekoregionalisasi sistem pangan itu, ini masih di-exercise terus di-exercise, kajian yang disusun oleh KSPL juga kita gunakan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Kesekretariatan Koalisi Sistem Pangan Lestari Gina Karlina mengatakan, potensi pangan lokal di Indonesia cukup beragam dan memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan beras.

"Jadi memang sebenarnya banyak potensi lokal, yang perlu kita gali kembali, dan kita kaji kembali juga, terkait dengan kandungan izi dan sebagainya," ujar Gina.

Menurutnya, ketergantungan terhadap beras selain tidak baik untuk ketahanan pangan juga berpotensi menimbulkan penyakit diabetes. Ia menilai, nasi memiliki kandungan gula yang cukup tinggi dan berpotensi menyebabkan penyakit diabetes jika dikonsumsi secara berlebihan.

"Angka diabetes memang saat ini cukup naik. Jadi, sebenarnya banyak alternatif pangan lokal yang lainnya, yang bisa menjawab permasalahan itu," ujarnya.

Reporter: Djati Waluyo