Sulitnya Pengelolaan Sampah di Indonesia: 40% dari Dapur dan Belum Dipilah

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/tom.
Ilustrasi. Bappenas mencatat, total emisi timbunan food loss dan food waste diestimasi setara dengan 1.702,9 Mt emisi karbon pada 2000 hingga 2019. Rata-rata kontribusi per tahun setara dengan 7,29% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Agustiyanti
30/10/2024, 08.12 WIB

Kementerian Lingkungan Hidup menyebut tumpukan sampah di sejumlah tempat pembuangan akhir atau TPA akan mencapai puncaknya dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu masalah penglolaan sampah di Indonesia adalah 40% sampah berasal dari dapur atau basah dan belum dipilah. 

"Jadi sampah basah semacam itu, kalau sudah tercampur dengan sampah-sampah lainnya, solusinya ternyata sulit," ujar Luckmi dalam konfrensi pers, Selasa (29/10).

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup, ada sebanyak 14 juta ton jumlah timbunan sampah di seluruh wilayah Indonesia. Sebanyak 40% sampah berasal dari dapur yang kondisinya tercampur dengan sampah lain di penampungan akhir. 

Menurut dia,  solusi paling ideal dalam mengatasi ini adalah membangun kesadaran dari produsen sampah atau rumah tangga untuk dapat memilah dan memanfaatkan sampah yang dihasilkan.

"Solusinya bisa diselesaikan di hulunya, di tempat dihasilkannya. Jadi tidak perlu kita harus ngangkut-ngangkut sampah, transportasi yang tentu mengemisikan GRK juga," ujarnya.

Sampah Makanan Setara Kebutuhan Konsumsi Setengah Populasi

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), mencatat total food loss and waste atau makanan yang hilang dan terbuang dapat memenuhi hampir setengah konsumsi seluruh masyarakat Indonesia.

Berdasarkan hasil studi Bappenas pada 2021 hilang dan terbuangnya makanan di Indonesia mencapai 115-180 kilogram per kapita per orang.

"Total food loss and waste di Indonesia itu, kalau dikalikan dengan total pendukung, itu bisa memenuhi konsumsi pakan hampir setengah populasi kita," ujar Koordinator Bidang Pangan Bappenas, Ifan Martino, dalam Festival Jejak Pangan Lestari, di Jakarta, Jumat (25/10).

Ifan mengatakan timbulan sampah makanan terbuang terbesar di temukan di tahap konsumsi. Sedangkan jika dilihat dari aspek sektor dan jenis pangan, timbulan terbesar terjadi di tanaman pangan kategori padi-padian.

Menurutnya food loss dan food waste dapat mengancam berbagai aspek kehidupan mulai dari lingkungan, ekonomi, hingga kesejahterahaan masyarakat. Berdasarkan catatan Bappenas, total emisi timbunan food loss dan food waste diestimasi setara dengan 1.702,9 Mt emisi karbon pada 2000 hingga 2019. Rata-rata kontribusi per tahun setara dengan 7,29% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia.

"Kalau dikonversi secara uang sampai hampir Rp 500 triliun rupiah per tahun terbuang percuma," ujarnya.

Reporter: Djati Waluyo