Indeks Kepercayaan Industri Naik, Dipengaruhi Makan Bergizi Gratis hingga Sritex

ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/tom.
Calon konsumen memilih minuman kemasan di sebuah pusat perbelanjaan, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (5/7/2024).
31/10/2024, 22.41 WIB

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Oktober 2024 mencapai 52,75 atau ekspansi. Level tersebut meningkat 0,27 poin dibandingkan dengan September 2024 atau meningkat 2,05 poin dibandingkan dengan Oktober tahun lalu.

“Meningkatnya IKI bulan Oktober ini ditopang oleh terjadinya ekspansi 22 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB Industri Manufaktur Nonmigas Triwulan II 2024 sebesar 97,7%,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Kamis (31/10).

Adapun subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Minuman. Peningkatan pesanan domestik menjadi faktor utama peningkatan seluruh variabel pembentuk IKI subsektor Industri Minuman. Hal ini didorong oleh persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan persiapan Hari Raya Natal serta Tahun baru.

Febri mengatakan, subsektor dengan nilai IKI tertinggi selanjutnya adalah Industri Barang Galian Non Logam. Meski demikian, ekspansi industri ini mengalami penurunan 3,32 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Penyebab penurunan ekspansi ini diduga karena produk Republik Rakyat Tiongokok (RRT) yang masih mengambil pangsa pasar dalam negeri.

Namun, Febri mengatakan,  dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 70/2024 terkait Penerapan BMAD keramik yang mulai berlaku pada 28 Oktober 2024 hingga lima tahun ke depan, optimisme pelaku usaha industri ini mulai meningkat.

Industri Kayu Kontraksi

Sebaliknya, subsektor yang mengalami kontraksi adalah Industri Kayu, Barang Dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dsb. Hal ini terjadi salah satunya akibat penurunan ekspor produk kayu ke RRT, yang merupakan mitra terbesar, dimana pada September 2024 ini turun secara nilai hingga 17,85 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kondisi ini merupakan imbas perlambatan ekonomi negara tersebut. Tidak hanya ke RRT, ekspor ke Jepang juga mengalami penurunan khususnya plywood dan blackboard, sebaliknya ekspor ke Uni Eropa mengalami peningkatan ekspor 16,7% year on year di tengah tertekannya harga kayu. Selain itu, isu kebijakan geolokasi di Eropa membuat pembeli masih “wait and see” untuk melakukan pembelian selain isu lingkungan di Pasar Eropa.

Dunia Usaha Lebih Optimis Usai Pelantikan Presiden

Pelantikan Presiden, Wakil Presiden, dan pembentukan Kabinet Merah Putih ditengarai mendorong optimisme pelaku usaha sektor industri. Hal ini nampak pada meningkatnya persentase pelaku usaha yang merasa optimis dan stabil menjadi 95,1%, dengan 73,3% pelaku usaha menyatakan optimisme terhadap kondisi usaha mereka. Angka ini naik 1,8% dibandingkan September 2024.

Keyakinan mayoritas pelaku usaha ini didasarkan pada beberapa faktor. Hal itu termasuk kebijakan pemerintah baru yang akan mendukung kondisi pasar dan iklim produksi yang lebih baik, meskipun isu perlambatan perekonomian global diperkirakan masih akan berlangsung hingga tahun 2025.

Febri menambahkan, beberapa faktor positif yang mempengaruhi IKI  Oktober, ini antara lain komitmen pemerintahan baru dalam menjalankan Program Makan Bergizi Gratis untuk anak sekolah, serta program hilirisasi mineral dan hasil sumberdaya yang lain seperti Kelapa sawit, Kelapa, Kakao. Selain itu, faktor positif juga didapatkan dari komitmen pemerintah terhadap penyelamatan PT Sritex, serta penggantian kendaraan dinas Pejabat/Pimpinan Unit Kerja dengan kendaraan lokal.

Faktor-faktor tersebut memberikan angin segar dan harapan pada pertumbuhan industri manufaktur, khususnya subsektor Industri Makanan, Minuman, dan Otomotif. “Meningkatnya permintaan dalam negeri merupakan kunci pertumbuhan industri manufaktur untuk saat ini hingga beberapa bulan ke depan, selama ketidakstabilan kondisi global terjadi,” ujar Febri.