Duduk Perkara Peternak Sapi Perah di Jateng dan Jatim Ramai-ramai Buang Susu

ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/YU
Peloper susu melakukan aksi mandi susu sapi yang tidak terserap oleh industri pengolahan susu di Tugu Susu Tumpah, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (9/11/2024).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
11/11/2024, 12.21 WIB

Para peternak sapi perah di Jawa Tengah hingga Jawa Timur berramai-ramai membuang susu produksi mereka. Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia atau APSPI menjelaskan, para peternak marah dengan kebijakan impor yang menyebabkan sebagian produksi peternak justru tidak terserap oleh pabrik susu nasional.

Ketuas APSPI Agus Warsito mengatakan, pembuangan hasil produksi disebabkan oleh anomali pasokan susu sapi di pabrikan. Menurutnya, semua produksi susu segar lokal seharusnya dapat diserap pabrikan lantaran hanya berkontribusi sekitar 18% dari kebutuhan susu segar nasional.

"Hasil produksi susu di Blitar, Tulungagung, Salatiga, Pasuruan, dan Kabupaten Semarang akhirnya banyak memutuskan untuk dibuang," kata Agus kepada Katadata.co.id, Senin (11/11).

Agus menjelaskan,  susu tersebut harus dibuang lantaran hasil produksi peternak memiliki masa simpan yang pendek. Karena itu, pabrikan susu umumnya menyerap hasil produksi peternak selambatnya seminggu setelah produksi terjadi.

Ia mencatat volume produksi peternak sapi perah cenderung konstan pada paruh kedua tahun ini. Namun pabrikan susu justru mengurangi serapan lokal sejak kuartal ketiga tahun ini.

Badan Pusat Statistik mendata produksi susu segar mencapai 968.980 ton pada 2020. Pada tahun yang sama, total kebutuhan susu segar nasional sejumlah 4,4 juta ton.

Agus menyatakan produksi tahun ini tidak akan jauh berbeda pada capaian 2020. Karena itu, Agus menduga pabrikan meningkatkan pasokan susu sapi impor menjadi lebih dari 80% kebutuhan nasional.

Ia menebak peningkatan impor tersebut dilakukan untuk menghadapi program Minum Susu Gratis pada awal tahun depan. "Pemerintah harus punya ketegasan agar pabrikan menyerap susu segar hasil produksi dalam negeri. Jangan bermimpi mau menyejahterakan peternak lokal kalau bahan baku susu di pabrik masih bergantung pada impor susu bubuk," katanya.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mendata total siswa pada semester ganjil 2023/2024 mencapai 53,14 juta orang. Jika setiap siswa mengkonsumsi 200 mililiter setiap hari, volume susu segar untuk program Minum Susu Gratis mencapai 2,8 juta ton.

Wakil Menteri Pertanian Sudaryono sebelumnya mendorong pihak swasta lokal untuk masuk dalam penyediaan susu dalam program susu gratis. Menurutnya, program susu gratis penting agar produksi susu domestik bisa masuk status swasembada.

Ia menilai penyediaan susu gratis harus berasal dari susu murni segar. Sebab, kualitas susu impor berbentuk bubuk tidak akan memenuhi tujuan program makan bergizi gratis, yakni menekan angka kekurangan gizi kronis nasional.

Karena itu, Sudaryono memperkirakan total sapi perah yang dibutuhkan mencapai 1,3 juta ekor. Badan Pusat Statistik mendata populasi sapi perah pada 2022 sejumlah 507.075 ekor.

"Dengan kebutuhan yang besar, ini menjadi daya tarik bagi pengusaha swasta untuk mendatangkan sapi. Kami bersedia mencarikan lahan dna mempermudah izin, karena program ini menguntungkan negara," ujarnya.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, sebelumnya mengatakan kini pengadaan sapi perah mayoritas berasal dari Australia. Namun Australia hanya mampu mengirimkan 100.000 ekor sapi perah per tahun pada masa depan.

Pemerintah saat ini berencana mengimpor dua juta ekor sapi perah untuk memenuhi program Minum Susu Gratis. Impor sapi perah dibutuhkan lantaran target peserta program tersebut pada 2029 mencapai 82,9 juta orang.

Reporter: Andi M. Arief