APRIL Group berkomitmen mengelola hutan secara berkelanjutan melalui pendekatan Produksi-Proteksi. Hal ini dikemukakan perusahaan produsen pulp dan kertas ini di dalam sesi CEO Dialogue di Paviliun Indonesia, dalam Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC di Baku, Azerbaijan, Senin (11/11).
Sebagai informasi, area hutan tanaman industri (HTI) yang dikelola APRIL menghasilkan bubur kayu yang diolah menjadi berbagai produk, seperti tisu, kertas, dan bahan tekstil. Salah satunya adalah produk unggulan “PaperOne” yang dipasarkan ke lebih dari 110 negara di seluruh dunia.
“Dalam konsesi HTI yang kami kelola, kami juga melestarikan hutan alam. Ini yang kami sebut dengan Produksi-Proteksi. Lewat pendekatan ini, area HTI yang dikelola APRIL berfungsi sebagai pelindung bagi hutan alam,” kata Sihol Aritonang selaku Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper, unit operasional APRIL Group, di dalam Paviliun Indonesia COP29.
Sihol mengatakan, pendekatan tersebut merupakan bagian penting dari strategi perusahaan untuk berkontribusi pada pencapaian FOLU Net Sink pada 2030. Pendekatan ini efektif karena sumber daya dari hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk melindungi hutan alam.
Selain itu, sejak 2020, APRIL telah berkomitmen menginvestasikan $1 untuk setiap ton kayu yang masuk ke dalam rantai pasokannya guna mendukung konservasi tidak hanya di dalam konsesinya tetapi juga di luar konsesi melalui kemitraan dengan berbagai pihak.
Sejauh ini, APRIL telah menginvestasikan hampir USD35 juta untuk komitmen konservasi dan restorasi.
Kini, APRIL mengelola 454.045 ha area HTI. Melalui pendekatan Produksi-Proteksi, APRIL menargetkan komitmen 1:1, artinya setiap hektare HTI akan diimbangi dengan satu hektare hutan alam yang dilestarikan atau direstorasi. Hingga saat ini, 361.231 hektare hutan telah berhasil dikonservasi, mencapai 88% dari target.
Salah satu upaya penting dalam pemenuhan komitmen ini adalah program Restorasi Ekosistem Riau (RER), yang mencakup area seluas dua kali wilayah Singapura, di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Riau. Program ini menjadi rumah bagi 896 spesies flora dan fauna, termasuk spesies langka dan terancam punah.
APRIL berharap upaya perusahaan dalam restorasi dapat sejalan dengan target Pemerintah Indonesia dalam rehabilitasi hutan dan perlindungan keanekaragaman hayati.
Dalam kesempatan yang sama, Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto pada COP29, Hashim Djojohadikusumo, sebelumnya mengungkapkan komitmen pemerintah Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim, salah satunya melalui rehabilitasi hutan dan perlindungan satwa liar.
“Presiden Prabowo telah menyetujui program rehabilitasi masif untuk memulihkan 12,7 juta hektare hutan terdegradasi dengan pendekatan yang lebih beragam secara hayati,” kata Hashim saat membuka Paviliun Indonesia di COP29.
Menurut Hashim, rehabilitasi ini tidak hanya melibatkan tanaman pohon, tetapi juga pemulihan habitat untuk satwa liar. Sebagai bukti keberhasilan, konsep ini telah diterapkan di Samboja Lestari, Balikpapan, di mana 1.800 hektare padang rumput berhasil dipulihkan dalam 20 tahun terakhir.
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Demi mendukung keberlanjutan produksi bahan baku kayu, APRIL terus meningkatkan produktivitas hutan industri melalui berbagai inovasi.
“Komitmen kami adalah untuk mempromosikan upaya konservasi sekaligus meningkatkan produktivitas konsesi hutan tanaman industri kami,” imbuh Sihol.
Sejak 2019, produktivitas kayu yang ditanam APRIL meningkat lebih dari 10 persen, mencapai 22,4 ton/ha/tahun. Per 2030, APRIL menargetkan akan meningkatkan produktivitas areal HTI hingga 50 persen dengan serangkaian inovasi dan riset yang telah dilakukan. Komitmen ini sejalan dengan target APRIL2030 pada pilar thriving landscape.
Guna mencapainya, APRIL menerapkan pendekatan spesifik dalam pemilihan spesies pohon yang cocok dan tahan hama untuk setiap lahan, serta menerapkan silvikultur yang sesuai untuk meningkatkan produktivitas tanah tersebut.
Selain itu, perusahaan juga fokus pada manajemen sumber daya manusia untuk mendukung semua upaya ini.
"Dengan demikian, kami berkontribusi secara langsung dan terukur terhadap pencapaian target pengurangan emisi karbon di sektor kehutanan," kata Sihol.