Indonesia berencana membangun sebuah pabrik metanol di Bojonegoro, Jawa Timur. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengatakan, nilai investasi dari pabrik ini berkisar US$ 1,2 miliar atau Rp 19 triliun.
Bahlil menyebut, pembangunan pabrik ini bertujuan untuk melancarkan target pemerintah yang ingin menerapkan penggunaan pencampuran bahan bakar minyak atau BBM dengan bahan bakar nabati khususnya sawit alias biodiesel, seperti B40 pada 2025 dan B50 pada 2026 di Indonesia.
“Penerapan ini tidak akan mungkin bisa dilakukan tanpa adanya metanol. Kita butuh metanol sekitar 2-2,3 juta ton. Ini bentuk hilirisasi dari sektor gas,” kata Bahlil dalam rapat koordinasi kementerian investasi yang dipantau secara daring melalui siaran youtube Kementerian Investasi pada Kamis (12/12).
Pembuatan biodiesel membutuhkan metanol untuk mencampurkan BBM. Bahlil mengatakan pasokan gas untuk pabrik metanol sudah dipastikan aman. Pemerintah telah menyiapkan gas sebanyak 90 million british thermal units atau mmbtu. Namun, Bahlil belum menjelaskan lebih lanjut berasal dari mana pasokan gas untuk pabrik ini.
Selain itu dia menyampaikan pembangunan pabrik ini sudah direncanakan sebelumnya, namun belum terlaksana karena kurangnya koordinasi antara Kementerian Investasi dan Kementerian ESDM.
“Kami harus bergandengan dalam rangka mewujudkan kedaulatan energi nasional,” ujarnya.
Rencana pembangunan pabrik metanol lainnya
PT Pupuk Indonesia sebelumnya berencana membangun dua pabrik metanol di dua provinsi pada 2030. Direktur Utama Rahmad Pribadi mengatakan pembangunan pabrik metanol dilakukan dalam upaya mendukung pemerintah mempercepat pelaksanaan program B50.
Menurutnya, dalam pencampuran BBM dengan bahan bakar nabati khususnya sawit untuk dijadikan B50 memerlukan metanol yang sampai dengan saat ini masih mengandalkan impor.
"Metanol ini, Pupuk Indonesia akan mengembangkan industri metanol, supaya bisa mengurangi volume impor metanol untuk mendukung B40 atau B35," ujar Rahmad saat ditemui di sela acara AZEC 2024, Rabu (21/8).
Rahmad mengatakan, pembangunan dua pabrik yang akan dilaksanakan di Kalimantan Timur dan Nangroe Aceh Darussalam merupakan salah satu upaya perusahaan dalam membantu pemerintah mewujudkan transisi energi. "Dukungan pupuk Indonesia untuk membantu clean energy transition, transisi energi yang bersih. Itu tahun 2030, karena bangunnya cukup lama," ujarnya.