Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan kinerja minyak terangkut atau lifting pada dua bulan terakhir sudah mencapai 600 ribu barel per hari (bph). Namun, pengamat pesimistis target yang dipatok pemerintah sebanyak 605 ribu bph pada APBN 2025 tercapai. 

“Di November sampai Desember, lifting sudah mencapai 600-602 ribu bph. Mudah-mudahan ini menjadi angin bagus untuk kami bisa mencapai target lifting APBN 2025,” kata Bahlil dalam konferensi pers pada Jumat (3/1) yang dipantau secara daring melalui siaran youtube Kompas TV.

Bahlil menyebutkan kinerja lifting minyak Indonesia menurun dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menyebabkan angka realisasi dan target APBN hampir tidak pernah tercapai.

Pemerintah pada APBN 2025 menargetkan lifting minyak sebanyak 605 ribu bph. Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjadjaran Yayan Satyaki mengatakan target APBN tahun ini sedikit berat untuk dicapai.

“Karena memang sumur minyak di Indonesia sudah relatif sangat tua. Paling logis jumlah lifting paling logis sebesar 600 ribu bph saja,” kaya Yayan saat dihubungi Katadata.co.id pada Selasa (7/1).

Selain sumur tua, Yayan menyampaikan, ada dua alasan mengapa angka 600 ribu bph menurutnya paling logis. Pertama, harga minyak tahun ini yang relatif turun. Hal ini dikarenakan pasokan minyak global yang bertambah seiring kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang akan menggenjot produksi di Semenanjung Meksiko.

“Jika kita produksi minyak lebih banyak dengan cadangan yang menipis, namun harganya relatif lebih murah. Lebih baik sedikit menahan produksi,” ujarnya.

Kedua, realisasi lifting minyak Indonesia sepanjang 2024 yang berkisar 580-590 ribu bph, sementara capaian 600 ribu bph hanya terjadi di dua bulan terakhir 2024. Menurutnya kecil kemungkinan kinerja lifting minyak Indonesia bisa di atas 600 ribu bph.

“Probabilitas atau kemungkinan produksi di atas 600 ribu bph hanya 16% saja,” ucapnya.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas sebelumnya mengatakan bahwa capaian volume migas terangkut per 31 Oktober 2024 mencapai 1,54 juta barel setara minyak atau boepd. 

Realisasi tersebut masih di bawah target yang ditetapkan dalam APBN. "Target lifting kami adalah 1,66 juta boepd dalam APBN 2024,” kata Kepala SKK Migas Djoko Siswanto dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR RI yang dipantau secara daring pada Senin (18/11). 

Capaian ini menurun 0,96% dibandingkan periode yang sama pada 2023, yang mencapai 1,56 juta barel setara minyak. SKK Migas memperkirakan kinerja lifting migas pada akhir 2024 mencapai 1,56 juta barel setara minyak atau hanya mencapai 93,82% dari target APBN 2024. 

“Jadi kami tidak hanya menyoroti minyak tapi alhamdulillah kita diberkahi temuan-temuan akhir ini banyak gas bumi, yang akan kami kembangkan,” ujarnya.

Reporter: Mela Syaharani