Kementan Proyeksi Produksi Beras Cetak Rekor pada Maret 2025

ANTARA FOTO/Andri Saputra/Spt.
Ilustrasi beras.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
14/1/2025, 12.05 WIB

Kementerian Pertanian memproyeksikan produksi beras per Maret 2025 mencapai 5,72 juta ton. Jika terealisasi, produksi pada bulan itu merupakan yang terbesar selama lima tahun terakhir.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan Mulyono memprediksi, total produksi Gabah Kering Panen pada kuartal pertama tahun ini mencapai sekitar 18 juta ton. Badan Pangan Nasional mencatat proyeksi produksi beras pada Januari-Februari 2025 mencapai 3,28 juta ton.

"Asumsi produksi gabah setara beras pada Januari-Maret 2025 sekitar 9 juta ton. Ini tentunya harus ditangkap bersama-sama semua pemangku kepentingan," kata Mulyono dalam Sosialisasi Pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan harga Pangan Beras tingkat Konsumen 2025, Selasa (14/1).

Mulyono mencatat, proyeksi produksi pada kuartal pertama tahun ini berdasarkan total  luas tanam sekitar 3,5 juta hektare.  sumsi rata-rata produktivitas gabah masih sekitar 5 ton per hektare.

Ia menekankan penyerapan hasil produksi petani pada kuartal pertama tahun ini menjadi kritis. Sebab, momen tersebut akan menentukan semangat petani untuk melanjutkan penanaman pada musim selanjutnya.

Karena itu, Mulyono berharap agar aturan standar gabah syarat serap Perum Bulog terbaru benar-benar dapat diimplementasikan besok, Rabu (15/1). Standar tersebut termuat dalam Surat Keputusan Kepala Bapanas No. 2 Tahun 2025.  

Perum Bulog sebelumnya hanya dapat menyerap gabah dengan standar tertentu, yakni kadar air maksimal 25% dan kadar hampa maksimal 10%.Namun, Beleid teranyar Bapanas membuat Bulog dapat menyerap gabah dengan standar kualitas lebih rendah, yakni kadar air hingga 30% dan kadar hampa hingga 15%.

"Teman-teman Bulog harus turun dan menyambut hasil panen petani untuk mengisi gudangnya lagi, supaya stok Bulog yang diterima masyarakat segar," katanya.

Mulyono mengingatkan bahwa Maret 2025 merupakan awal dari lonjakan produksi beras pada tahun ini. Ini seiring rencana pemerinta memperluas sawah sekitar 2 juta hektare pada tahun ini. Mulyono memperkirakan luas tanam padi akan bertambah sekitar 20 juta hektare pada akhir tahun ini.

Pemerintah berencana mengairi 851 ribu hektare lahan rawa, 500 ribu hektare sawah baru, dan revitalisasi 1 juta hektare sawah eksisting pada tahun depan. "Kalau rencana ini semua bisa terjadi, produksi beras nasional akan melimpah," katanya.

Seperti diketahui, SK Bapanas No. 2 Tahun 2025 menetapkan harga pembelian GKP dengan kualitas kadar air 30% dan kadar hampa 15% ditetapkan minimal Rp 5.750 per kilogram, sementara Gabah Kering Giling (GKG) dengan kualitas serupa dihargai Rp 5.950 per kilogram.

Adapun harga GKP dengan standar utama Bulog dinaikkan dari Rp 6.000 menjadi Rp 6.500 per kilogram dan berlaku efektif Rabu (15/1). Sementara GKG naik menjadi Rp 6.700 per kilogram.

Sebelumnya, Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan Bulog, Epi Sulandari, menyampaikan bahwa Bulog menargetkan penyerapan gabah sebesar 2,4 juta ton tahun ini, terdiri dari 1,2 juta ton GKP dan 1,41 juta ton GKG.

Dari jumlah tersebut, diproyeksikan akan diserap menjadi 1,5 juta ton beras. Mayoritas penyerapan, yaitu sekitar 80% dari target 2,4 juta ton, akan dilakukan pada Maret-April 2025.

Pada periode yang sama tahun lalu, penyerapan beras lokal mencapai 618.849 ton, setara 48,85% dari total realisasi 2024.

"Kami selalu berkoordinasi dengan Bapanas maupun Kementerian Pertanian jika ada harga gabah di bawah HPP. Jika demikian, kami akan secara cepat memerintahkan kantor wilayah cabang untuk melakukan penyerapan," kata Epi.

Reporter: Andi M. Arief