Impor Kendaraan Listrik Melonjak Tajam, Pemerintah akan Setop Insentif Bea Masuk

Katadata/Fauza
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Muhammad Rachmat Kaimuddin, menjadi pembicara dalam Katadata Sustainability Action for the Future Economy (SAFE) 2025 dengan tema Green for Resilience di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (11/9).
11/9/2025, 13.53 WIB

Impor kendaraan listrik (EV) utuh atau completely built-up (CBU) melonjak tajam sejak pemerintah memberikan insentif peniadaan bea masuk dan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah pada komoditas tersebut. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kemenko IPK, Rachmat Kaimuddin, mengatakan pemerintah tidak akan memperpanjang insentif yang berakhir akhir 2025 tersebut.

Rachmat memaparkan impor EV pada 2024 mencapai lebih dari 18.000 unit, atau naik sekitar sembian kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Dia memprediksi volume impor EV CBU akan naik lebih dari 250% menjadi 65.000 unit pada tahun ini.

Dengan demikian, total penjualan EV pada tahun ini diprediksi mencapai 100.000 unit, dengan produksi lokal diperkirakan sekitar 35.000 unit.

Namun, Rachmat menekankan seluruh penjualan tersebut akan pindah ke dalam negeri mulai tahun depan. Sebab, pemerintah tidak akan memperpanjang insentif impor EV CBU pada tahun depan.

"Memang EV saat ini masih impor. Namun kami memberikan izin impor tersebut pada pelaku yang janji membangun pabrik EV di dalam negeri," katanya.

Maka dari itu, Rachmat menyampaikan kata kunci dalam peningkatan penggunaan EV di dalam negeri adalah produksi lokal. Rachmat mengakui volume impor EV secara utuh atau CBU melonjak selama beberapa tahun terakhir akibat insentif peniadaan bea masuk dan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah pada EV.

Untuk diketahui, Perpres No. 79 Tahun 2023 meniadakan bea masuk dan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah bagi BEV CBU impor hingga akhir tahun ini. Insentif tersebut diberikan hanya pada entitas yang berkomitmen membangun pabrik dengan kapasitas setara volume impor yang diberikan.

Tren Penjualan Kendaraan Listrik

Rachmat memproyeksi penjualan kendaraan listrik berbasis baterai atau BEV mencapai 100.000 unit pada tahun ini. Dengan demikian, BEV diprediksi berkontribusi 9% dari target penjualan mobil tahun ini sejumlah 900.000 unit.

"Kami menganalisa tren penjualan BEV sejak 2023. Tren yang sama kita terapkan pada tahun ini dengan total penjualan BEV pada Juli 2025 mencapai 43.000 unit," kata Rachmat dalam Katadata Sustainability Action for The Future Economy 2025, Kamis (11/9).

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, pangsa pasar BEV pada Juni 2025 telah mencapai 8,3% atau 5.500 unit. Angka tersebut naik dari posisi Juni 2024 sebesar 2,7% dengna total penjualan 3.800 unit.

Rachmat menilai peningkatan penjualan BEV di dalam negeri disebabkan oleh bertambahnya merek yang tersedia. Dengan demikian, BEV yang masuk dalam rentang model yang cocok dengan konsumen lokal bertambah

Menurut dia, konsumen mobil di dalam negeri umumnya mencari BEV di rentang harga antara Rp 250 juta hingga Rp 650 juta. Adapun BEV yang diminati umumnya memiliki kapasitas baterai antara 40 kilowatt hour (kWh) sampai 90 kWh.

Rachmat menemukan jumlah BEV yang cocok dengan karakter konsumen lokal bertambah dari hanya tiga model pada 2023 menjadi 32 model. Namun 15 dari 32 model tersebut merupakan BEV yang diimpor secara utuh atau CBU berkat implementasi Peraturan Presiden No. 79 Tahun 2023.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Andi M. Arief