Kementerian Investasi Sebut Toyota akan Bangun Pabrik Etanol di Indonesia
Kementerian Investasi dan Hilirisasi mengungkapkan bahwa perusahaan otomotif asal Jepang, Toyota, berencana membangun pabrik produksi etanol di Indonesia. Hal ini salah satunya menindaklanjuti rencana pemerintah terkait mandatory (kewajiban) pencampuran 10% etanol (E10) ke dalam BBM mulai 2027.
“Salah satu pihak swasta yang (berencana) membangun adalah Toyota, sebab mereka sudah memiliki line up (sepak terjang) menggunakan hidrogen dan bioetanol dalam dunia otomotif,” kata Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Selasa (28/10).
Todotua mengatakan Toyota bahkan saat ini sudah memiliki produk kendaraan yang menggunakan 100% etanol (E100) sebagai bahan bakar. Rencana pembangunan pabrik etanol Toyota ini merupakan hasil pembicaraan antara pemerintah dengan perusahaan tersebut.
“Kami meyakinkann Toyota untuk mengamankan bahan baku (feedstock) di hulu mereka. Toyota serius untuk rencana ini, mudah-mudahan prosesnya bisa mulus dan segera terealisasi,” ujarnya.
Bioetanol adalah bahan bakar nabati (BBN) atau biofuels hasil fermentasi bahan bahan nabati seperti tetes tebu, jagung, kedelai, umbi-umbian dan sumber-sumber nabati lainnya. Bioetanol termasuk bahan bakar terbarukan yang telah teroksigenasi 35%, sehingga memiliki potensi untuk menekan emisi kendaraan.
Dia menyebut, pihak swasta yang berminat bangun pabrik etanol tidak hanya Toyota, namun ada beberapa perusahaan lainnya. Namun, dia enggan merincikan siapa saja perusahaan yang dimaksud.
Todotua menyebut jika mandatory E10 berjalan maka total BBM yang dibutuhkan sebanyak 40 juta kiloliter, dengan porsi 10% maka kebutuhan etanol mencapai 4 juta kiloliter. Menurutnya, Indonesia saat ini memiliki seluruh komoditas bahan baku bioetanol.
“Sekarang tinggal bagaimana keseriusan kita pada rencana kebijakan E10 ini,” ucapnya.
Brasil Berencana Bangun Pabrik
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan total volume yang dibutuhkan untuk program mandatory atau kewajiban etanol 10% (E10) pada 2027 mencapai 1,4 juta kiloliter (kl).
"Kami berencana semua (kebutuhan) dipenuhi dari dalam negeri. Jadi kalau mau kita investasi dalam negeri,” kata Bahlil saat ditemui usai Upacara HUT Pertambangan ke-80 di Monas, Jumat (24/10).
Dia menyampaikan etanol yang akan diproduksi Indonesia berasal dari tumbuhan seperti singkong, tebu atau jagung. Melalui pembangunan pabrik dalam negeri, akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sektor pertanian. “
Tapi memang dalam prosesnya harus ada mekanisasi teknologi, supaya ekonomi daerah bisa tumbuh. Begitu (bahan baku etanol) selesai ditanam, kami akan bangun pabriknya,” ujarnya.
Masa tanam bahan baku etanol ini memakan waktu selama satu setengah hingga dua tahun. Dia menyebut dalam prosesnya investor yang membangun pabrik etanol di Indonesia berpeluang mendapatkan insentif dari pemerintah. Bisa berupa tax holiday dan pasar yang captive.
Dia menyebut sudah ada pihak yang berminat membangun pabrik etanol dalam negeri, yakni Brasil. “Semalam saya ketika tanda tangan MoU (dengan Brasil), kami berdiskusi. Ada kemungkinan besar (Brasil bangun pabrik),” ucapnya.