Danantara Targetkan Tujuh PLTSa Beroperasi April 2026, Diminati Investor Asing
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara menargetkan tujuh proyek waste-to-energy atau pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) masuk masa konstruksi pada awal tahun depan. Tujuh PLTSa di daerah yang beroperasi tersebut ditargetkan dapat beroperasi selambatnya April 2026.
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara menyatakan tingkat pengembalian investasi proyek waste-to-energy mendekati 10% per tahun. Alhasil, jumlah peminat proyek WTE mencapai 200 entitas dari dalam dan luar negeri.
Chief Investment Officer BPI Danantara Pandu Patria Sjahrir menjelaskan salah satu pendorong tingkat pengembalian investasi adalah kepastian pasar. Sebab, PT Perusahaan Listrik Negara telah wajib membeli energi hasil WTE senilai US$ 20 sen per kilowatt hour.
"Menurut saya tingkat pengembalian investasi ini bagus atau high single digit. Maka dari itu, ada 200 perusahaan yang mendaftar ke proyek ini dan sudah diseleksi menjadi 24 perusahaan pekan lalu, Jumat (31/10)," kata Pandu di kantornya, Senin (3/11).
Pandu menghitung biaya investasi setiap proyek WTE berada dalam rentang Rp 2,3 triliun sampai Rp 3,2 triliun. Adapun biaya investasi yang dikeluarkan akan bergantung pada teknologi yang digunakan pemenang tender.
Dia menyampaikan daya tarik proyek WTE terletak pada kepastian biaya konstruksi dan jadwal pengoperasian akibat dukungan pemerintah daerah. Pandu menartgetkan akan ada tujuh Pembagkit Listrik Tenaga Sampah berteknologi insinerator selambatnya April 2026 akibat bantuan lahan pemerintah daerah.
Pandu mencatat lahan yang disiapkan pemerintah daerah untuk tujuh PLTSa tersebut memiliki luas setidaknya 5 hektare. Selain itu, lahan tersebut telah memiliki infrastruktur konektivitas yang dapat menampung 300 truk berkapasitas sekitar 3 ton per unit.
Walau demikian, Pandu menyampaikan tujuan utama proyek WTE adalah pemberdayaan ekonomi daerah. Menurutnya, proyek tersebut akan mendorong dua faktor di setiap daerah, yakni pembukaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas lingkungan.
Pandu menjelaskan jumlah tenaga kerja yang terserap pada masa konstruksi sepanjang kuartal pertama tahun depan mencapai 4.500 orang per proyek. Dengan kata lain, total serapan tenaga kerja selama pembangunan tujuh proyek WTE mencapai 31.500 orang.
"Saat PLTSa berjalan, tentu serapan tenaga kerja turun, tapi akan tetap menyerap 270 sampai 330 orang selama 30 tahun ke depan di satu titik," katanya.
Pandu menyampaikan PLTSa akan membuka lapangan kerja lokal di sektor lain, seperti logistik, perbaikan kendaraan, dan perawatan mesin. Selain itu, Pandu menilai pengoperasian PLTSa dapat mendorong investasi di industri hijau lantaran energi hasil PLTSa merupakan energi baru terbarukan.
Di sisi lain, Pandu menekankan tujuan utama proyek WTE adalah pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 80% dibandingkan penggunaan Tempat Pembuangan Akhir. Selain itu, PLTSa dapat mengurangi timbunan di TPA hingga 90%.