Pandemi Corona Menjalar ke Negara Miskin, Risiko Lebih Besar Mengintai

ANTARA FOTO/REUTERS/Tiksa Neger/hp/dj
Penganut Ortodok membaawa lilin saat menerima pemberkatan dari pendeta dengan asap dupa yang menurut keyakinan mereka akan menjauhkan virus corona di Addis Ababa, Ethiopia, Kamis (26/3).
Penulis: Agustiyanti
27/3/2020, 17.55 WIB

Virus corona mulai merebak ke negara-negara miskin, Dengan kemampuan pengujian yang sangat rendah, ini dikhawatirkan mendatangkan masalah besar yang tidak diketahui.

Saat ini, hampir seluruh negara telah terjangkit wabah ini, termasuk negara-negara miskin dengan jumlah kasus yang masih sedikit. Berdasarkan data Worldmeter.info, kasus infeksi virus corona di Ethiopia baru mencapai 12 kasus,  Kongo 4 kasus,  Gambia dan Sudan masing-masing 3 kasus, sedangkan Venezzuela sebanyak 53 kasus. 

Negara-negara miskin di belahan Afrika, sebagian Amerika Latin, dan Asia Selatan sebenarnya memiliki keuntungan lantaran kasus virus corona merebak lebih awal di Korea Selatan dan Negara-negara Barat setelah Tiongkok.

Penanganan antisipasi penyebaran virus corona yang lambat di sejumlah negara maju juga dapat menjadi pelajaran. Mereka yang memiliki sistem kesehatan sangat baik pun bahkan kewalahan menghadapi peningkatan kasus virus-corona.

Italia saat ini menjadi negara dengan jumlah kematian terbanyak akibat Covid-19 mencapai 8.252 orang dan total lebih dari 80 ribu kasus.

Angka kematian di Italia kini mencapai lebih dari dua kali lipat Tiongkok yang merupakan negara asal virus tersebut. Sementara Amerika Serikat saat ini mencatatkan kasus positif virus corona terbanyak mencapai lebih dari 85 ribu orang dengan total kematian sebanyak 1.301 orang.

(Baca: IMF Minta Pimpinan G20 Tingkatkan Dana Darurat Corona Dua Kali Lipat)

Co-Founder Possible Health Duncan Maru menyebut respons kesehatan masyarakat di beberapa negara ekonomi paling maju di Asia sebenarnya menawarkan pelajaran bagi negara-negara lain untuk menghadapi peningkatan drastis dalam jumlah kasus. Respons Korea Selatan yang cepat, terkoordinasi dan dalam sarana yang demokratis terbukti berhasil menekan penyebaran Covid-19.

"Tetapi sebagian besar negara tidak memiliki kekayaan dan infrastruktur seperti yang dimiliki Korea Selatan," ujar Maru dalam artikel yang dimuat oleh World Economi Forum, dikutip Jumat (27/3).

Mengutip Wall Street Journal, Korea Selatan saat ini menjadi negara dengan tingkat pengetesan tertinggi untuk setiap 1 juta orang yakni mencapai 6.148 orang per 19 maret. Sementara Indonesia, termasuk salah satu negara dengan tingkat pengetesan yang rendah yakni hanya 7,4 orang untuk setiap satu juta penduduk.

Namun sebagai catatan, pemerintah Indonesia baru mulai melaksanakan rapid test pada 20 Maret. Sejak itu, jumlah kasus infeksi virus corona di Indonesia melonjak dari 309 kasus per 19 Maret menjadi 1.046 kasus per 27 Maret. Grafik kasus di Indonesia dapat terlihat dalam databoks di bawah ini. 

Lantas apa yang harus dilakukan hampir 50 negara dengan status paling kurang berkembang atau low development country?

Mengambil contoh kasus Nepal, pemerintah telah mengambil langkah luar biasa dan perlu untuk mencegah masuknya virus melalui perbatasannya. Mereka menutup sekolah, membatalkan acara, menutup Gunung Everest dan sebagian besar perjalanan internasional dibatasi. Tindakan ini berani mengingat biaya ekonomi yang sangat besar. Langkah yang diambil juga melalui cara-cara demokratis dan non-koersif.

Nepal, yang penduduknya sekitar 28 juta orang, kemungkinan memiliki kurang dari 500 tempat tidur unit perawatan intensif di seluruh negara. Banyak rumah sakit pedesaannya bahkan tidak memiliki kapasitas rawat inap yang minimal.

 (Baca: Melihat Praktik Lockdown Corona di Tegal dan Wilayah Lain di Dunia)

Pengujian diagnostik hanya tersedia di rumah sakit rujukan tunggal di ibukotanya, Kathmandu. Ketika pemerintah di negara maju mengumumkan bantuan ekonomi skala besar dan intervensi perawatan kesehatan, upaya respons dalam skala besar dan cara yang ambisius juga perlu dipersiapkan untuk negara-negara miskin.

Dengan mengingat hal itu, berikut adalah enam langkah penting yang dapat diterapkan komunitas global untuk mendukung LDC. Ketika tempat-tempat seperti Taiwan, Cina, Korea Selatan, Singapura, Jepang, dan Hong Kong membawa wabah mereka hingga terkendali, mereka dapat dan harus menyumbangkan keahlian dan sumber daya mereka untuk mendukung LDC, khususnya di Asia.

Ia menyebut terdapat enam langkah yang dapat ditempuh negara-negara miskin untuk mencegah penyebaran virus corona. Pertama, mengkoordinasikan langkah pembatasan interaksi sosial di masyarakat. Ini penting untuk memitigasi risiko.

(Baca: Bantuan Tunai Dinilai Lebih Efektif jadi Stimulus Atasi Dampak Corona)

Kedua, membuat rencana untuk meningkatkan alat pelindung diri dan kapasitas pengujian virus. Namun, mereka hanya dapat melakukan dengan dukungan finansial dan teknis dari negara lain, terutama negara-negara donor yang telah dilanda pandemi.

Ketiga, meningkatkan kapasitas rumah sakit di berbagai penjuru negeri. Keempat, menghubungkan petugas layanan kesehatan garis depan dengan teknologi, alat pelindung diri, dan protokol penanganan Covid-19.

Kelima, memastikan pasokan obat-obatan tidak terputus. Seperti wabah Ebola, akan ada gangguan layanan perawatan primer akibat pandemi Covid-19 di negara-negara miskin.

Keenam, memastikan askes awal dan merata pada vaksin dan obat-obatan.