Perempuan berusia 61 tahun ini hanya disebut dengan Pasien Nomor 31. Ia mendapat sorotan karena dianggap sebagai penyebab mewabahnya virus corona di Korea Selatan. Dalam hitungan hari ia menularkan virus yang menyerang saluran pernapasan ini ke ratusan orang di Daegu, kota sebelah selatan Seoul. Si penyebar super atau super spreader, begitu media menyebutnya.
Seminggu sebelum terdiagnosis virus bernama COVID-19 itu, ia menjalankan hidup seperti biasa. Pasien Nomor 31 sempat bepergian dengan bus, bekerja, makan di restoran, dan pergi ke rumah sakit setelah mendapat kecelakaan mobil. Ketika di rumah sakit, pasien hanya mengeluh sakit kepala dan tidak menunjukkan gejala demam, batuk, atau gangguan pernapasan.
Kondisi badannya terus menurun. Tapi ia memilih ke klinik tradisional karena merasa tidak melakukan kontak dengan penderita virus corona. Pada 16 Februari 2020, ia pergi ke Gereja Shincheonji Yesus. Di sinilah ia menyebarkan virus itu hingga ke ratusan orang jemaat gereja.
Sehari kemudian, kondisi badannya memburuk. Pasien Nomor 31 akhirnya melakukan tes dan positif COVID-19. Pemerintah Korea Selatan langsung mengeluarkan daftar alamat dan lokasi di mana saja ia sempat berada dalam seminggu terakhir. Dalam 24 jam, kasus pasien terinfeksi di negara itu yang tadinya stabil di angka 20 orang, naik dua kali lipat.
Dua hari kemudian, angkanya naik lagi. Lalu, pihak kesehatan setempat melakukan penelusuran dan menemukan lebih dari seribu orang di kota itu terkena virus corona.
(Baca: Lima Penyebab Iran Catatkan Tingkat Kematian Tertinggi Akibat Corona)
LA Times memuji langkah Korea Selatan. Pemerintah Negeri Ginseng berbeda dengan negara lain yang justru khawatir mengungkapkan telalu banyak informasi karena takut memicu kepanikan. Seoul justru lebih terbuka, bahkan menjelaskan dengan detail bagaimana penularan bisa terjadi.
“Apa yang membuat kasusnya lebih buruk adalah orang ini menghabiskan banyak waktu di daerah yang sangat ramai,” kata profesor kebijakan kesehatan publik Seoul National University, Kim Chang-yup, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (26/2). “Tumbuh ketakutan dan kebencian di antara masyarakat sekarang.”
Gereja Shincheonji, Sekte dengan Ribuan Jemaat
Wakil Menteri Kesehatan Korea Selatan Kim Gang-lip kemarin mengatakan telah mengamankan daftar 212 ribu anggota Shincheonji. Targetnya, pemerintah akan segera menyelesaikan pengumpulan sampel biologis dari 1.300 anggota jemaat.
Pihak berwenang meyakini banyak jemaat yang terinfeksi virus itu. Namun, pelacakan nama-nama tersebut akan sulit. Pasalnya, sekte kiamat ini menggunakan pengaruhnya untuk melindungi aktivitas gereja. “Mereka mengatakan kepada jemaat agar jangan memberi tahu apa pun kepada siapa pun,” kata mantan anggota gereja bernama Yoo Il-han.
Advent Kim, mantan anggota Shincheonji yang sekarang bekerja sebagai konselor untuk membantu keluarga yang terdampak sekte itu, berpendapat serupa. “Bagaimana Anda bisa menyebutnya agama ketika mereka mengajar berbohong? Setiap orang dicuci otak untuk secara buta mengikuti perintah,” ucapnya seperti dikutip dari The Guardian.
Situasi saat ini, menurut dia, tidak dapat diselesaikan tanpa tindakan drastis. Pihak berwenang harus membuat para pemimpin kultus memberikan perintah yang sesuai agar semua anggota keluar dari persembunyian mereka.
(Baca: Imbas Corona, Tokyo Disneyland Tutup Hingga Pertengahan Maret)
Per 28 Februari 2020, pasien terinfeksi virus corona di Korea Selatan telah menembus 2 ribu orang. Hampir 80% dari jumlah itu terhubung dengan sekte tersebut.
Ji-yeon Park, anggota Gereja Shincheonji Yesus, mengaku takut dengan situasi yang sedang terjadi. “Kami diperlakukan seperti penjahat. Kami memiliki citra buruk sebelumnya dan sekarang saya pikir saya akan dihukum mati jika orang yang lewat tahu bahwa saya milik Shincheonji,” ujarnya.
Gereja Shincheonji Yesus berdiri sejak 14 Maret 1984 oleh Lee Man-hee. Sudah lama aktivitas gereja ini dianggap sebagai kultus yang melenceng dari ajaran Kristen. Lee menganggap dirinya sebagai Yesus dan Alkitab hanya dapat diterjemahkan olehnya.
Meskipun cap buruk telah lama tersemat pada gereja itu, namun pengikutnya tetap banyak. Perkiraannya adalah ratusan ribu orang. Pemerintah setempat tidak pernah tahu jumlah pastinya karena sekte tersebut tidak pernah secara terbuka menyebutkan siapa saja anggotanya.
(Baca: IHSG Anjlok Lebih dari 4%, BEI: Efek Virus Corona, Seperti Bursa Lain)