Wabah Virus Corona Meluas, WHO Pertimbangkan Tetapkan Darurat Global

ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter
Sejumlah perawat memakai pelindung saat berbicara dengan pengunjung di bagian penerimaan Rumah Sakit First People di Yueyang, provinsi Hunan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempertimbangan penyebaran virus corona sebagai darurat kesehatan global.
Penulis: Ekarina
30/1/2020, 08.20 WIB

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan keprihatinan serius terkait penyebaran virus corona di Tiongkok dan sejumlah negara lainnya. Adapun jumlah korban meninggal akibat virus tersebut hingga kini telah bertambah menjadi 132 orang. 

Komite Darurat WHO akan kembali mengadakan pertemuan secara tertutup hari ini untuk memutuskan apakah penyebaran cepat virus corona di Tiongkok saat ini merupakan kondisi darurat global.

"Dalam beberapa hari terakhir perkembangan virus terutama di beberapa negara,  penularan dari manusia ke manusia, membuat kami khawatir," kata ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss dikutip dari Reuters, Kamis (30/1).

(Baca: Korban Meninggal Virus Corona di Tiongkok Bertambah jadi 132 Orang)

Dia menyebut sejumlah negara telah terjangkit virus, seperti Jepang, Jerman dan Vietnam

"Meskipun jumlah di luar Tiongkok masih relatif kecil, mereka memiliki potensi wabah yang jauh lebih besar," ujarnya.

WHO mencatat, hinga kini terdapat sekitar 6.065 kasus virus corona di 15 negara di seluruh dunia. Jumlah korban meninggal dunia akibat virus ini seluruhnya terjadi di Tiongkok. Yang mana, kasus kematian terakhir dilaporkan terjadi di provinsi Sichuan.

Pada pekan lalu, WHO menolak menetapkan kondisi darurat kesehatan internasional. “Kami percaya rantai penularan ini masih dapat terputus, ”kata Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO.

Ryan bahkan sempat memuji respons Tiongkok yang dinilai tanggap  terhadap kondisi wabah di negaranya. Namun, dengan kondisi da jumlah korban saat ini, WHO akan mulai mengadakan evaluasi mengenai penetapan status darurat. 

Presiden Tiongkok Xi Jinping mengatakan, situasi negaranya kini suram dan kompleks. Pihaknya berjanji akan menangani wabah virus yang diduga berasa dari hewan kalalawar tersebut.

Rivalnya dalam perang dagang, Presiden A.S. Donald Trump sebelumnya mengatakan telah berbicara dengan Xi dan menawarkan bantuan bekerja sama untuk mengatasi wabah tersebut.

(Baca: Corona Meluas, Menkumham Kaji Pencabutan Bebas Visa Warga Tiongkok)

Penyebaran virus corona banyak dikhawatirkan dapat berdampak terhadap perekonomian negara terbesar kedua di dunia ini. Pasalnya, banyak perusahaan  maskapai memotong perjalana ke negata itu hingga pembatasan kunjungan wisatawan dari maupun ke luar Tiongkok. Hal ini dinilai bisa menggangu perekonomian negara lain. 

Seorang ekonom pemerintah mengatakan krisis ksehatan ini dapat memangkas pertumbuhan kuartal pertama Tiongkok sebesar satu poin menjadi 5% atau lebih rendah karena krisis menghantam sektor-sektor dari pertambangan hingga barang-barang mewah.

Saham Hong Kong terpukul pada hari pertama perdagangan setelah liburan Tahun Baru Imlek. Kasino dan saham finansial memimpin indeks Hang Seng 2,5% lebih rendah dalam tujuh bulan.

"Dalam pandangan kami, yang terburuk belum datang," kata perusahaan sekuritas Nomura, memperingatkan pukulan  jangka pendek untuk perekonomian Tiongkok.