Data awal menunjukkan wabah virus corona mulai berdampak pada perekonomian Tiongkok. Virus ini diperkirakan menginfeksi lebih dari 2.700 orang dan menewaskan 80 orang di negara tersebut.
Dikutip dari CNBC, pemerintah Tiongkok mengkonfirmasi terdapat 2.744 kasus infeksi virus corona, termasuk 461 orang yang saat ini berada dalam kondisi kritis. Adapun jumlah kematian akibat virus ini meningkat menjadi 80 orang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, virus mirip pneumonia yang mematikan ini menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah, seperti wabah SARS tahun 2002-2003 atau sindrom pernafasan akut yang parah.
Pemerintah Tiongkok mengindikasikan penyakit ini masih akan menjadi masalah dalam beberapa waktu ke depan. Guna mengantisipasi penyebaran virus, warga Tiongkok diminta untuk tinggal dirumah dan acara-acara besar di ruang publik dibatalkan.
Dampaknya pada perekonomian pun langsung terlihat pada arus penumpang. Wakil Menteri Transportasi Tiongkok Liu Xiaoming menjelaskan secara keseluruhan arus perjalanan pada hari pertama Tahun Baru Imlek, Sabtu (25/1), turun 28,8% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Secara perinci, perjalanan udara turun 41,6%, kereta api turun 41,5%, dan transportasi jalan turun 25%.
(Baca: Korban Meninggal Akibat Virus Corona Bertambah Jadi 80 Orang)
Pada Minggu (27/1), China Railway Chengdu juga mengumumkan akan menghentikan beberapa rute kereta api berkecepatan tinggi, termasuk beberapa ke Shanghai hingga awal Februari.
Namun, gangguan ini diperkirakan hanya merupakan indikasi awal dari permasalahan yang dapat terjadi pada perekonomian Tiongkok dalam jangka panjang.
Mengutip data Bloomberg, Shanghai Stock Exchange Composite Index pada perdagangan hari ini hingga pukul 12.00 WIB sudah anjlok 2,75%, melanjutkan penurunan pekan lalu yang mencapai lebih dari 3%.
Tiongkok tengah mengalami perlambatan ekonomi akibat perang dagang berlarut-larut dengan Amerika Serikat. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Negara Tembok Raksasa ini hanya tumbuh 6,1%, terlambat sejak 1992.
Sebelum penyebaran virus ini diketahui, Bank Dunia dan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini bakal melambat dibanding tahun lalu. Ekonomo Tiongkok hanya akan tumbuh 5,9% menurut Bank Dunia atau 6% menurut IMF.
(Baca: Wabah Virus Corona, Ombudsman Minta Pekerja Tiongkok Dilarang Masuk RI)
Kementerian Keuangan Tiongkok sebelumnya menyatakan telah mengeluarkan dana mencapai 11,2 miliar yuan atau sekitar Rp 22 triliun untuk subsidi biaya perawatan medis, pembelian peralatan, dan upaya pengendalian epidemi tersebut.
Namun, saat ini masih terhadi kekurangan persediaan alat tes virus dan pakaian pelindung.
"Kami menghadapi kekurangan pasokan karena permintaan," kata Wakil Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi Wang Jiangping.
Wang mencatat kurangnya pelindung pakaian dan masker wajah terutama terjadi di Wuhan. Sebagai contoh, Wang menyebut sekitar 100 ribu jas pelindung diperlukan dalam sehari, tetapi kapasitas produksi harian tertinggi hanya mencapai angka puluhan ribu.
Pihak berwenang Tiongkok telah menekankan perlunya penduduk setempat untuk menggunakan masker dan mengenakan denda kepada warga yang tak mengenakannya di ruang publik.
Catatan redaksi: Terjadi perubahan judul dari sebelumnya "Virus Corona Infeksi 27 Ribu Orang, Berikut Dampak ke Ekonomi Tiongkok" karena ada kesalahan dalam penulisan.