Trump Ingin Balas Lagi Tiongkok dengan Menggandakan Tarif

ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque
Presiden Amerika Serikat Donald Trump marah besar usai mengetahui Tiongkok mengumumkan rencana bea masuk baru pada produk-produk AS sebagai balasan atas kebijakan tarif AS.
Penulis: Agustiyanti
4/9/2019, 18.48 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin menggandakan tarif pada barang-barang Tiongkok setelah mendengar Negara Tembok Raksasa itu memberlakukan bea masuk baru pada produk AS. 

Dikutip dari CNBC, tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut menjelaskan Trump marah besar usai mengetahui Tiongkok resmi mengumumkan rencana kenaikan tarif pada produk-produk AS senilai US$ 75 miliar sebagai balasan atas tarif baru Washington yang berlaku 1 September.

Reaksi awal Trump, yang dikomunikasikan kepada para pembantunya di bidang perdagangan, adalah menyarankan untuk menggandakan tarif yang  berlaku saat ini.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer kemudian meminta beberapa CEO untuk berkomunikasi dengan presiden dan memperingatkannya tentang dampak dari langkah seperti itu terhadap pasar saham dan ekonomi.

(Baca: Trump Peringatkan Lagi Tiongkok Tak Terus Mengulur Perundingan Dagang)

Trump menetapkan kenaikan tarif sebesar 5% pada sekitar US$ 550 miliar pada produk-produk Tiongkok, yang dia umumkan melalui akun Twitter-nya pada 23 Agustus, setelah pasar tutup.

Pada hari-hari berikutnya, baik Sekretaris Pers Mnuchin dan Gedung Putih Stephanie Grisham mengatakan satu-satunya penyesalan Trump adalah tidak menaikkan bea masuk lebih tinggi.

Kekhawatiran akibat meningkatnya tensi perang dagang antara kedua negara membuat indeks saham AS anjlok. Kedua negara itu sama-sama memberlakukan tarif impor untuk sejumlah produk satu-sama lain pada Minggu (1/9).

Sebelumnya, Trump pada Selasa menyarankan agar AS mengambil tindakan lebih drastis untuk menindak praktik perdagangan Tiongkok yang tak sehat tanpa perjanjian baru jika ia kembali memenangkan pemilihan umum.

"Kesepakatan (dengan Tiongkok) akan semakin sulit," kata dia.

(Baca: Perang Dagang, Tiongkok Mengadu ke WTO soal Tarif Impor AS)

Perang dagang menimbulkan kekhawatian investor terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi. Data ekonomi AS yang baru tak banyak membantu. AS baru saja mengumumkan kinerja sektor manufaktur pada Agustus menurun untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.

Trump telah menghantam Tiongkok dengan tarif lantaran menganggap negara tersebut tak adil dalam berdagang.

Rencananya, kedua negara ekonomi terbesar di dunia ini akan kembali melakukan negosiasi pada September mendatang, tanpa menyebut tanggal yang spesifik.

Gedung Putih enggan merespons permintaan konfirmasi. Demikian pula dengan Departemen Perdagangan dan Departemen Keuangan AS.