Trump Tegaskan Kenaikan Tarif Barang Tiongkok Tetap Berlaku Besok

REUTERS/Kevin Lamarque/ANTARA FOTO
Presiden AS Donald Trump menegaskan tak akan menunda kenaikan tarif pada barang-barang Tiongkok yang akan dilakukan mulai Minggu (1/9).
Penulis: Agustiyanti
31/8/2019, 10.39 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut tim negosiasi perdagangan AS dan Tiongkok terus berkomunikasi dan akan bertemu pada September mendatang. Namun, ia menegaskan tak akan menunda kenaikan tarif pada barang-barang Tiongkok yang akan dilakukan mulai Minggu (1/9).

Trump juga mengatakan pembicaraan perdagangan telah membuat Beijing lebih terkendali dalam menanggapi demonstrasi di Hong Kong.

Perang tarif antara dua ekonomi terbesar dunia saat ini melibatkan ratusan miliar dolar barang-barang masing-masing negara dan mengancam pertumbuhan ekonomi global. Ketidakpastian tentang kapan atau bagaimana perselisihan itu bisa berakhir, telah mengguncang pasar dan rencana investasi jangka panjang perusahaan.

(Baca: Dampak Perang Dagang, Google Pindahkan Pabrik Ponsel dari Tiongkok )

"Kami akan memenangkan pertarungan. Kami melakukan percakapan dengan Tiongkok, pertemuan dijadwalkan, panggilan sedang dilakukan. Saya kira pertemuan pada bulan September terus berlangsung, belum dibatalkan," kata Trump kepada wartawan.

Gedung Putih belum mengumumkan tanggal untuk pertemuan itu.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok sebelumnya mengaku menjaga komunikasi yang efektif dengan AS. AS rencananya akan memberlakukan tarif tambahan US$ 125 miliar pada barang-barang Tiongkok mulai pukul 12.01 siang EDR (04.01 GMT) pada Minggu, yang mencakup produk jam tangan pintar, televisi layar datar, dan alas kaki.

(Baca: Jelang Kenaikan Tarif, AS-Tiongkok Beri Sinyal Bakal Berunding)

Bea cukai AS menyebut tak ada masa tenggang dalam pemberlakuan tarif tersebut. Sejak perang dagang mulai berkobar pada 2018, AS telah memberlakukan tarif pada barang Tiongkok senilai US$250 miliar.

Para pengusaha AS banyak mengkritik kebijakan tersebut karena merugikan mereka. Namun, Trump membantah dan mengatakan bahwa kerugian perusahaan AS bukan disebabkan oleh tarif, melainkan pengelolaan yang buruk.