Investor Harap-Harap Cemas Menanti Hasil Negosiasi Dagang AS-Tiongkok

ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly
Pedagang saham bekerja di lantai bursa di New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City, Amerika Serikat, Rabu (21/12/2018). Investor harap cemas menanti negosiasi dagang AS dan Tiongkok.
Penulis: Ekarina
10/5/2019, 13.00 WIB

Investor dan pelaku pasar tengah harap-harap cemas, menanti hasil kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok pada Jumat waktu setempat. Mereka berharap ada terobosan dalam perundingan keduanya, ketika para negosiator Tiongkok berupaya mencegah kenaikan tarif yang mengancam meletusnya perang dagang skala besar antara dua negara.

Mengutip laman The Guardian, di tengah meningkatnya kekhawatiran kebijakan Presiden AS Donald Trump yang secara sepihak akan menaikkan tarif impor dari 10% menjadi 25% atau sekitar US$ 200 miliar untuk barang-barang Tiongkok hari ini, Tiongkok terus berupaya meyakinkan AS mengenai keinginannya untuk mencapai kesepakatan.

Presiden Tiongkok Xi Jinping bahkan disebut telah mengirim pesan kepada Trump yang menyatakan keinginannya berbicara dengan mitranya di AS menjelang batas penetapan tarif pada pukul 05.00 waktu setempat.

(Baca: Perang Dagang Memanas, Darmin: Ekonomi Dunia Bisa Semakin Lambat)

Trump sebelumnya menyatakan, penetapan tarif tersebut juga berpotensi memicu penerapan tarif barang lebih tinggi senilai US$325 miliar atau mencakup hampir seluruh volume impor Tiongkok ke Negeri Paman Sam.

Perang dagang Washington dan Beijing akan mengejutkan perekonomian dunia. Yang mana kekhawatiran tersebut telah direspons pelaku pasar dengan dibukukannya penurunan tajam di pasar saham sepanjang pekan ini.

Indeks FTSE 100 dari sejumlah perusahaan blue chip ditutup turun hampir 1%, sementara indeks DAX Jerman merosot 1,2% dan CAC 40 Prancis kehilangan 1,5%. Indeks saham Hongkong turun 2,4% diikuti penurunan indeks komposit Shanghai yang juga turun 1,5%. Adapun indeksDow Jones turun 0,6% pada perdagangan Kamis sore.

Para analis mengatakan penurunan moderat itu mengindikasikan kekhawatiran investor dan umumnya mereka berharap kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan, meskipun jalur negosiasi perdagangan terus memunculkan berbagai kemungkinan sebelum diteken.

Sebab di tengah pernyataan Trump yang kontroversial soal tarif impor, Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa ia menerima "surat cinta" dari Xi Jinping saat pembicaraan kesepakatan perdagangan antara kedua negara tengah berlangsung di Washington.

(Baca: Tiongkok Isyaratkan Balas Tarif AS, Perang Dagang Berpotensi Berlanjut)

“Dia baru saja menulis kepadaku surat yang indah dan saya mungkin akan berbicara dengannya melalui telepon, "kata Trump. Dia pun mengutip isi surat Xi yang berbunyi: "Mari kita bekerja sama dan kita lihat apakah kita bisa menyelesaikan sesuatu."

Trump  yakin kesepakatan bisa dilakukan minggu ini, tetapi menuduh Tiongkok menyabotase pembicaraan dagang baru-baru ini dengan negosiasi ulang kesepakatan.

“Kami semakin dekat dengan kesepakatan maka mereka mulai menegosiasikan ulang kesepakatan. Kami tidak bisa memastikannya, "kata Trump.

Sementara pada hari itu juga, kantor perwakilan perdagangan AS mengajukan dokumen dalam persiapan untuk kenaikan tarif serta memberikan Trump otoritas untuk meningkatkan tarif dari 10% menjadi 25% pada US$ 200 miliar untuk barang-barang Tiongkok, termasuk makanan, bahan kimia dan bahan bangunan.

Langkah ini menyusul kegagalan dalam pembicaraan akhir pekan lalu ketika perwakilan perdagangan AS, Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan, Steven Mnuchin menuduh Tiongkok menarik diri dari komitmen kesepkatan yang sudah dibuat sebelumnya pada saat kedua belah pihak melakukan perundingan.

Seorang sumber yang mengetahui perundingan mengatakan terjadi kemunduran selama akhir pekan. Namun, ketidaksepakatan ini kemungkinan mencakup perbedaan pandangan terkait masalah pencurian kekayaan intelektual dan mengharuskan perusahaan AS beroperasi di Tiongkok untuk melakukan sharing teknologi dengan beberapa rekanan Tiongkok di sana.

(Baca: Di Tengah Ancaman Perang Dagang Berlanjut, IHSG Dibuka di Zona Hijau)

Sedangkan AS berkeinginan membuka pasar Tiongkok untuk mendorong bisnis mereka dan melindungi mereka untuk menyerahkan teknologi serta bermitra dengan perusahaan Negeri Panda. Lighthizer juga menekankan Tiongkok harus menyetujui resolusi perselisihan yang transparan.

Tetapi Trump tampak lebih peduli dengan upaya penurunan defisit perdagangan AS dengan Tiongkok. Sayangnya taktik itu justru gagal menghentikan defisit perdagangan AS yang berkembang dengan seluruh dunia.

Menurut data, defisit perdagangan AS mencapai US$ 621 miliar pada 2018, yang mana defisit dari Tiongkok menyumbang sebagian besar atau sekitar US$ 419,2 miliar dari keseluruhan angka defisit AS.

Sementara itu Tiongkok, pada bulan April juga mencatat penurunan ekspor  ke AS sebesar 13% dibanding periode yang sama tahun lalu, dan turun 9,7% sejak awal 2019. Total ekspor Tiongkok turun 2,7% pada April.