Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai di Istana Merdeka. Ada beberapa hal yang dibahas, salah satunya isu harga karet yang menunjukkan tren penurunan dalam waktu dua tahun terakhir.
Thailand, Indonesia, dan Malaysia merupakan produsen karet terbesar di dunia. Dengan semakin menurunnya harga karet dunia, Presiden Jokowi menyampaikan tidak ada pilihan lain bagi ketiga negara ini untuk memperkuat kerja sama demi menghentikan laju penurunan harga.
"Kalau digabung menjadi satu (Indonesia, Malaysia, dan Thailand), akan menjadi produsen karet yang paling besar dunia," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan resmi Sekretariat Kabinet, Rabu (13/3). Retno dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno ikut mendampingi Jokowi dalam pertemuan tersebut.
(Baca: Jokowi : Harga Karet Mulai Membaik)
Retno menjelaskan dalam pertemuan tersebut, Don Pramudwinai menyampaikan komitmen negaranya untuk mencegah harga karet dunia semakin anjlok. Apalagi, hubungan bilateral antara Indonesia dan Thailand sudah berlangsung lama, bakal berusia 70 tahun pada depan.
Sebelumnya, Indonesia, Malaysia, dan Thailand telah sepakat membatasi ekspor 200 ribu ton hingga 300 ribu ton karet melalui Agreed Export Tonnage Scheme (AETS). Kebijakan itu diputuskan berdasarkan Pertemuan Menteri International Triparte Rubber Council (ITRC) sebagai cara untuk mengerek harga karet di pasar dunia.
Pertemuan di Bangkok, Thailand, pada 22 Februari 2019 ini dipimpin oleh Menteri Pertanian dan Kerja Sama Thailand Grisada Boonrach. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution hadir mewakili Indonesia serta Menteri Industri Primer Malaysia Teresa Kok ikut serta sebagai delegasi Malaysia.
(Baca: Pemerintah Upayakan Dongkrak Harga Karet untuk Para Petani)
"Perjuangan usulan Indonesia untuk implementasi AETS disepakti ketiga anggota ITRC," kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan Kasan. Dia ikut hadir dalam pertemuan tersebut sebagai anggota Board of Directors ITRC.
Pembahasan implementasi AETS dijabarkan lebih detail selama dua pekan dalam pertemuan di Thailand. Para menteri ITRC membahas permasalahan harga karet internasional yang terus berada dalam level rendah sepanjang 2018 hingga awal tahun ini.
Sentimen negatif pasar karet internasional serta ketidakpastian perekonomian global membuat para petani karet ketiga negara menjual karetnya dengan harga yang rendah. Namun, ketiga menteri juga memantau perkembangan kenaikan harga karet sejak pertengahan Desember 2018.
(Baca: Tahan Harga, Pengusaha Usulkan Pembatasan Ekspor Karet Selama 3 Bulan)
Dalam pernyataannya, ketiga menteri ITRC berharap harga karet tetap meningkat sampai level yang menguntungkan para petani. "Jika harga karet melonjak, para petani pasti bersemangat untuk tetap menanam dan memanen komoditas karet," bunyi pernyataan IRTC.