Tak Hanya Ekonomi, IORA Juga Bahas Terorisme di Samudera Hindia

ANTARA FOTO/IORA Summit 2017/Rosa Panggabean
Presiden Joko Widodo (kanan) memukul gong disaksikan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma (kedua kanan), Menko Perekonomian Darmin Nasution (kedua kiri), dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (kiri) ketika membuka acara Business Summit dalam rangkaian
Penulis: Muhammad Firman
Editor: Pingit Aria
6/3/2017, 16.52 WIB

Konferensi Tingkat Tinggi Asosiasi Negara Lingkar Samudra Hindia (Indian Ocean Rim Association / IORA) akan menghasilkan empat dokumen kesepakatan. Tak hanya soal ekonomi, Negara-negara ini juga akan membahas soal upaya pemberantasan terorisme.

Keempat dokumen itu antara lain IORA Concord, Rencana Aksi IORA, Deklarasi IORA untuk Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme dan Ekstremisme dengan Kekerasan, serta Deklarasi Bersama Komunitas Bisnis IORA. Semua dokumen itu ditujukan untuk mewujudkan kemitraan dan pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.

"KTT IORA akan menghasilkan empat dokumen yang akan disepakati oleh para kepala negara (atau yang mewakili) anggota IORA," ujar Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri Siti Sofia Sudarma, di Jakarta Convention Center (JCC), Senin (6/3).

(Baca juga:  Indonesia Ingin Pimpin Negara-Negara Kawasan Samudera Hindia

Keempat dokumen tersebut telah dibahas pada pertemuan tingkat pejabat tinggi pada Minggu (5/3) dan mendapatkan dukungan dari 21 anggota IORA dan tujuh mitra dialog. Kemudian, secara berjenjang akan diskusikan pada level menteri hari ini, Senin (6/3), setelah itu akan disahkan pada tingkatan kepala negara atau perdana menteri pada Selasa (7/3).

Di antara kepala Negara yang dijadwalkan hadir adalah Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

Sementara India akan mengirimkan Wakil Presiden Hamid Ansari. Selain itu, beberapa Negara lain akan mengirimkan pejabat seniornya seperti Menteri Luar Negeri, Mohammad Javad Zarif dari Iran.

(Baca juga: Jokowi Akan Buka Forum IORA, Seberapa Besar Dibanding APEC?)

Sofia menjelaskan, dokumen yang paling utama yakni IORA Concord yang juga disebut sebagai Jakarta Concord, merupakan dokumen strategis yang berisi visi dan norma kerja sama IORA kedepannya, untuk memperkuat arsitektur regional dalam menghadapi tantangan di kawasan. 

Dokumen kedua, Rencana Aksi IORA adalah dokumen yang memuat aksi untuk melaksanakan Jakarta Concord dan memperkuat implementasi komitmen area prioritas dan lintas sektoral.

Dokumen ketiga, Deklarasi IORA untuk Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme dan Ekstremisme dengan Kekerasan adalah kesepakatan bersama negara-negara anggota IORA mengenai pentingnya memerangi terorisme dan kekerasan ektrimis. 


Tersangka Kasus Terorisme yang Ditangkap Polri Selama 2016



Terakhir adalah dokumen Deklarasi Bersama Komunitas Bisnis IORA ditujukan untuk membangun kemitraan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan adil. Selain itu, akan dibahas juga upaya untuk memperkuat kerja sama dan kemitraan untuk perluasan dan diversikasi perdagangan dan investasi, dengan fokus pada usaha kecil dan menengah (UKM).

Menurut Sofia, pemerintah Indonesia berpandangan bahwa IORA perlu dikembangkan untuk memperkuat regionalisme dan mendorong budaya dialog. "Upaya itu dilakukan melalui pengembangan norma, rules of engagement, dan kelembagaan," katanya. 

Sofia juga menjelaskan manfaat kawasan Samudra Hindia bagi Indonesia, diantaranya sebagai sumber investasi yang potensial, dengan total nilai mencapai 3,05 miliar dolar AS, atau 41 persen dari seluruh nilai realisasi investasi.

(Baca juga:  Jokowi Ingin Perkuat Poros Maritim di Samudera Hindia)

"Kawasan Samudra Hindia juga merupakan salah satu sentra pariwisata dunia yang mampu menarik 121,8 juta wisatawan bernilai 146,8 miliar dolar AS. Perdagangan Indonesia dengan 14 negara IORA juga mengalami surplus di pihak Indonesia," katanya. 

IORA beranggotakan 21 negara yakni Australia, Bangladesh, Komoro, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Somalia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab dan Yaman.

Reporter: Muhammad Firman