CEO Uber Technologies Inc. Travis Kalanick menyatakan berhenti sebagai anggota dewan penasihat bisnis Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sebelumnya, ia mendapat tekanan dari kelompok-kelompok yang menentang kebijakan imigrasi.
"Bergabung dengan kelompok tersebut bukan berarti saya mendukung Presiden atau agendanya. Sayangnya, banyak orang mengira seperti itu," kata Kalanick melalui surat elektroniknya pada karyawan Uber seperti dikutip Reuters, Kamis (2/2) waktu Amerika.
(Baca juga: Saingi Duet Taksi Express-Uber, Go-Jek Resmi Gandeng Blue Bird)
Kalanick juga menyatakan bahwa ia telah menyampaikan keputusannya pada Trump secara langsung. Selain itu, ia juga menyamaikan kerisauannya soal larangan masuk bagi pengungsi dan warga dari tujuh Negara berpenduduk mayoritas Islam ke Amerika Serikat yang diterapkan oleh Trump.
"Perintah eksekutif itu menyakitkan banyak anggota masyarakat di seluruh Amerika," tulisnya dalam pesan kepada para karyawan. Ia melanjutkan, "Keluarga-keluarga terpisah, orang-orang tertahan di luar negeri dan ada ketakutan yang semakin dalam bahwa AS tidak lagi menjadi tempat yang ramah bagi para imigran."
Sebelum akhirnya mundur, Kalanick mendapat banyak tekanan soal keputusannya bergabung dengan dewan penasihat bisnis Trump. Para netizen sempat menyeru boikot terhadap Uber dengan tanda pagar #deleteuber. Alhasil, untuk pertama kalinya aplikasi kompetitor Uber di Amerika Serikat, Lyft diunduh oleh lebih banyak pengguna.
(Baca juga: Sasar 3 Sektor Investasi, Grab Kucurkan Dana Rp 9,3 Triliun)
Selain itu, tekanan juga datang dari dalam karena banyak pengemudi Uber yang terancam atas kebijakan imigrasi Trump. Mereka beramai-ramai berunjuk rasa di kantor pusat Uber di San Francisco.
Sementara itu, Trump telah mengagendakan pertemuan dengan anggota dewan penasihat bisnisnya pada Jumat (3/2) waktu Washington atau esok, waktu Indonesia.
CEO General Motors Co telah memastikan diri hadir dalam pertemuan itu. Pemimpin bisnis lain yang dijadwalkan bergabung adalah, pada CEO dari JPMorgan Chase & Co, Blackstone Group LP, IBM Corp, dan Wal-Mart Stores Inc. Sementara, CEO Walt Disney Co mengaku berhalangan karena telah memiliki jadwal perjalanan luar negeri.
(Baca juga: Kebijakan Trump Picu Unjuk Rasa Penghuni Silicon Valley)
Sebelum Kalanick, beberapa pemimpin perusahaan berbasis teknologi yang lain juga telah menyatakan sikap berseberangan dengan Trump. Di antara mereka ada Sergey Brin dari Alphabet (pemilik Google), CEO Google Sundar Pichai, CEO Apple Tim Cook, CEO Micrisoft Satya Nadella, CEO Twitter, Jack Dorsey, hingga bos Facebook Mark Zuckerberg.