Cerita Diaspora Alami Pandemi di Selandia Baru, Spanyol dan Inggris

ANTARA FOTO/REUTERS/Ross Giblin/Pool /hp/cf
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berdiri saat fajar di jalan Premier House dengan ayahnya Ross Ardern (ki) dan partnernya Clarke Gayford, di Wellington, Selandia Baru, Sabtu (25/4/2020). Perdana Menteri melakukan peringatan ANZAC dan meletakkan beberapa bunga yang dipetik dari kebuh dengan kartu di dalamnya. Layanan tradisional ANZAC telah dibatalkan karena pemerintah menyatakan Siaga Level 4 virus korona (COVID-19).
Editor: Pingit Aria
25/4/2020, 17.28 WIB

Penyakit yang disebabkan oleh virus corona, yakni Covid-19 telah menjadi pandemi global. Bagaimana nasib Warga Negara Indonesia (WNI) di berbagai negara lain saat terjadinya wabah?

Di Selandia Baru ada 7.000 WNI, tapi tidak ada satu pun yang terkena Covid-19. Sedangkan di Spanyol dan Inggris, masing-masing sudah ada 11 WNI positif terkena Covid-19.

Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya mengatakan, dari 7.000 WNI di Selandia Baru, 1.300 di antaranya merupakan pelajar. "Sampai saat ini belum ada WNI terpapar virus," kata dia dalam video conference pada Sabtu (25/4).

Meski begitu dirinya tetap memantau seluruh WNI di tengah pandemi corona di wilayah itu. Apalagi, saat ini Selandia Baru menerapkan kebijakan lockdown

Karena kebijakan lockdown, ada 24 wisatawan asal Indonesia yang terpaksa tidak bisa kembali ke Indonesia. "Jadinya tinggal sampai awal Juni, sampai bisa border. Kita harus tunggu Australia transit," ujarnya.

(Baca: Mahfud MD: Larangan Mudik Berlaku di Seluruh Wilayah Indonesia)

Sampai hari ini sudah ada 1.461 kasus positif Covid-19 di Selandia Baru. 1.118 orang dinyatakan sembuh dan 18 orang meninggal dunia. Menurut Tantowi, yang menjadi kunci penanganan Covid-19 di Selandia Baru yaitu kejelasan kebijakan dari pemerintahnya dan kedisiplinan masyarakat. 

Sejak awal kasus positif Covid-19 pertama diumumkan, Pemerintah Selandia Baru langsung menyiapkan langkah penanganan untuk sebulan ke depan. Pemerintah menggunakan istilah siaga, mulai dari level 1 sampai 3 dan paling tinggi level 4 sifatnya lockdown.

Sementara itu, ada 11 WNI di Spanyol yang terkena Covid-19. Director of Spanesia-Madrid-Spanyol Desy Maharani mengatakan, semua pasien tersebut bukan merupakan pelancong, melainkan diaspora Indonesia yang tinggal di Spanyol.

Spanyol memang mencatatkan jumlah kasus Covid-19 kedua paling banyak di dunia. Sampai kemarin (24/4) sudah ada sebanyak 219.764 orang yang positif.

Menurut Desy, faktor yang menjadikan jumlah kasus positif di Spanyol membludak dikarenakan kultur warganya yang susah buat menjalankan praktik jaga jarak fisik (physical distancing). "Orang-orangnya sama seperti di Indonesia. Sering berkumpul, nonton bola, nonton konser," katanya.

Selain itu, Pemerintah Spanyol pun dianggap terlambat melakukan mitigasi pandemi, sehingga kasus semakin melonjak. 

(Baca: 1.042 Pasien dari 8.607 Kasus Positif Covid-19 Dinyatakan Sembuh)

Begitu juga dengan Pemerintah Inggris yang dianggap lambat tangani corona. Bahkan, organisasi kesehatan dunia (WHO) harus mengingatkan pemerintah Inggris agar melakukan langkah-langkah serius hadapi pandemi. 

"Sebenarnya masyarakat di sini (Inggris) ingin segera lockdown, tapi pemerintah belum mau terapkan itu," kata Philanthropist sekaligus analis sosial di Inggris Nizma Agustjik. 

Alhasil, total sudah ada 138 ribu kasus positif di Inggris. Kasus meninggal karena Covid-19 tercatat ada 28.738 orang.

Sama seperti Spanyol, total ada 11 WNI yang terkena Covid-19 di Inggris. Dari 11 WNI di Inggris itu, ada dua orang yang meninggal dunia. 

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan