Kasus Covid-19 di Rusia Melonjak 11.656 Kasus dalam 24 Jam

ANTARA FOTO/REUTERS/Evgenia Novozhenina/nz/cf
Petugas memakai masker berjaga di jalan saat "lockdown" mencegah penyebaran Covid-19 di pusat Moskow, Rusia, Senin (30/3/2020). Saat ini kasus corona di negara tersebut terbanyak ketiga di dunia.
Penulis: Yuliawati
11/5/2020, 18.55 WIB

Penyebaran virus corona atau Covid-19 di Rusia terus melonjak hingga membuat negara tersebut berada di posisi ketiga dunia dengan jumlah kasus terbanyak. Dalam waktu 24 jam, kasus positif bertambah 11.656 sehingga secara total yang terinfeksi corona menjadi 221.344 orang pada Senin (11/5).

Kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 ini membuat Rusia 'menyalip' Italia atau Inggris. Kini posisi Rusia berada setelah Spanyol dan Amerika Serikat.

Lebih dari setengah kasus dan kematian terjadi di Moskow yang merupakan episentrum pandemi corona di Rusia. Pada Senin, Moskow melaporkan peningkatan 6.169 kasus baru dalam semalam, menambah jumlah total menjadi 115.909.

(Baca: Update Corona: Kasus Positif Dunia Tembus 4 Juta, 280 Ribu Meninggal)

Berdasarkan data Worldometer, kasus Covid-19  menyebabkan 94 kematian baru, sehingga jumlah keseluruhannya mencapai 2.009. Jumlah kematian itu masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain yang berada dalam posisi 10 kasus terbanyak.

Pejabat Rusia menghubungkan lonjakan jumlah kasus dengan program tes besar-besaran, yang menurutnya telah dilakukan terhadap 5,6 juta orang.

Peningkatan jumlah kasus ini di saat Presiden Vladimir Putin akan mengevaluasi penerapan lockdown atau karantina. Putin dijadwalkan menggelar pertemuan pada Senin untuk memutuskan apakah akan mengubah kebijakan lockdown Covid-19 yang diterapkan pada akhir Maret.

Hasil Tes PCR di Rusia Tidak Akurat

Membengkaknya jumlah kasus di rusia di duga karena pengujian terhadap pasien Covid-19 sering menunjukkan hasil yang salah. Hasil yang salah ini menyebabkan semakin besarnya pasien yang terinfeksi corona menularkan ke orang lain. Apalagi seringkali pasien  tidak menunjukkan gejala atau hanya menderita kasus ringan.

(Baca: Peneliti Tiongkok Temukan Jejak Virus Corona pada Sperma)

Hasil tes yang keliru ini dibuktikan kantor berita Reuters yang telah memverifikasi satu pasien. Orang yang salah diidentifikasi tersebut diperbolehkan pulang dan justru menginfeksi orang lain di rumah mereka yang kemudian menyebabkan kematian.

Lembaga medis di Rusia menggunakan alat tes Covid-19 yang diproduksi oleh Institut Vektor milik pemerintah di Siberia. Alat itu menggunakan metode polymerase chain reaction atau reaksi berantai polymerase (PCR). Saat ini pemerintah di Moskow menggunakan tes lain, seperti tes antibodi.

Jumlah Kasus Corona di Dunia Terus Bertambah

Jumlah kasus positif virus corona di dunia hingga Senin (11/5) sebanyak 4,2 juta orang yang menyebar ke lebih dari 200 negara. Jumlah tersebut bertambah 22.803 orang dibandingkan sehari sebelumnya. Sementara itu jumlah pasien yang meninggal mencapai lebih dari 280 ribu orang, tepatnya 284.150 orang, bertambah 416 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Amerika Serikat (AS) mencatat jumlah kasus terbanyak yakni 1,36 juta orang, atau sepertiga dari total kasus positif di seluruh dunia. Jumlah orang yang meninggal di AS mencapai 80.787 orang.

(Baca: Jadi Sumber Virus Corona, Tiongkok Akui Kelemahan Sistem Kesehatannya)

Sejumlah ahli memprediksi jumlah orang yang terinfeksi virus corona di dunia kemungkinan lebih tinggi dari data yang dilaporkan. Alasannya, banyak negara yang tidak melakukan pengetesan warganya secara masif sehingga data tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.

Pada beberapa negara, tambahan jumlah kematian harian terlihat turun, seperti di Spanyol. Belakangan, muncul anggapan kasus corona melandai dan banyak pemimpin negara yang hendak melonggarkan lockdown. Kebijakan ini dikhawatirkan malah menyebabkan gelombang kedua penularan Covid-19 di dunia.

(Baca: WHO Perkirakan Vaksin Corona Tersedia Paling Cepat Akhir 2021)