Studi Terbaru, Sel T Bantu Pasien Positif Virus Corona Pulih

ANTARA FOTO/Anis Efizudin/aww.
Ilustrasi, petugas Gugus Tugas Penanganan Covid-19 melakukan rapid test acak di kompleks pasar Induk Wonosobo, Jawa Minggu (17/5/2020). Rapid test secara acak dilakukan bagi pekerja di pasar dan pertokoan yang sering bersinggungan dengan orang lain tersebut untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat terkait pandemi Covid-19.
Penulis: Desy Setyowati
19/5/2020, 07.37 WIB

Ada dua penelitian yang menunjukkan bahwa sel T membantu pasien terinfeksi virus corona untuk pulih. Namun, tidak semua pasien yang memiliki sel T yang bisa membunuh SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.

Shane Crotty dari Center for Infectious Disease and Vaccine Research di La Jolla Institute for Immunology in California menjelaskan, sel B membuat antibodi yang menghalangi virus corona masuk. Sedangkan menurut penelitian terbaru, sel T membantu pasien dengan dua cara yakni mengenali dan memburu virus corona.

“Jenis respons imun yang ditargetkan oleh banyak kandidat vaksin sekarang terbukti sebagai jenis respons imun yang terlihat pada kasus Covid-19 yang berhasil pulih,” kata Sette dikutip dari Reuters, Selasa (19/5).

(Baca: Kemenristek Tambah Dana Penelitian Rp 29,4 Miliar untuk Tangani Corona)

Center for Infectious Disease and Vaccine Research meneliti 10 pasien positif Covid-19 dengan gejala ringan. Hasilnya, semua pasien memiliki sel T yang mengenali virus corona.

Lalu, 70% di antaranya mempunyai sel T yang mampu membunuh virus tersebut. "Sistem kekebalan melihat virus ini dan meningkatkan respons kekebalan yang efektif," kata Ahli imunologi di La Jolla Institute for Immunology Alessandro Sette.

Selain itu, beberapa orang yang tidak pernah terinfeksi Covid-19 memiliki sel T yang dapat menyerang virus. Berdasarkan penelitian, ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan sel T pada subjek sempat mengenali virus corona lain sebelumnya, sehingga mempengaruhi kerentanan mereka terhadap Covid-19.

(Baca: Kementan Gandeng Cap Lang Produksi Antivirus Corona dari Eucalyptus)

Para peneliti dari Rumah Sakit Universitas Charité di Berlin juga menemukan hasil yang serupa. Mereka mengidentifikasi sel T penolong pada 15 dari 18 pasien terinfeksi Covid-19 yang diteliti.

Mereka juga menganalisis darah 68 orang yang tidak terinfeksi Covid-19. Hasilnya, 34% di antaranya memiliki sel T yang mampu mengenali virus corona.

“Salah satu alasan mengapa sebagian besar populasi dapat menangani virus karena mungkin memiliki beberapa kekebalan residu kecil dari paparan virus flu biasa," kata Ahli imunologi virus dari University of Iowa, Steven Varga.

Akan tetapi, para peneliti dari dua kelompok tersebut masih mengkaji lebih lanjut terkait peran sel T untuk menyembuhkan pasien terjangkit Covid-19.

Meski begitu, virolog dari Universitas Columbia Angela Rasmussen menilai ini merupakan kabar baik. “Ini menjadi pertanda baik untuk pengembangan kekebalan tubuh jangka panjang,” katanya.

(Baca: Tak Lagi Jadi Menteri, Rudiantara Sibuk Kembangkan Obat Covid-19)

Sebelum kedua studi tersebut, para peneliti tidak tahu apakah sel T berperan dalam menghilangkan SARS-CoV-2, atau bahkan malah memicu reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh yang berbahaya. “Makalah ini sangat membantu karena mereka mulai mendefinisikan komponen sel T dari respons imun,” kata Rasmussen.

Tetapi, Rasmussen dan para ilmuwan lainnya memperingatkan bahwa hasilnya tidak berarti bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19, tak akan terinfeksi lagi.

Ahli virologi molekuler dari University of North Carolina, Chapel Hill, Rachel Graham menilai, temuan tersebut sangat penting. Sebab, penelitian menunjukkan bahwa sel T bereaksi terhadap beberapa protein virus.

Itu artinya, vaksin virus corona yang meningkatkan sistem kekebalan pada protein ini juga bisa lebih efektif. "Penting untuk tidak hanya berkonsentrasi pada satu protein," kata Graham.

(Baca: WHO Peringatkan Virus Corona Mungkin Tidak akan Pernah Hilang )