Tiongkok Bidik Australia jadi Musuh Baru Perang Dagang

Katadata
Ilustrasi pelabuhan ekspor. Hubungan Tiongkok dan Australia kembali memanas dan berada di ambang perang dagang.
Penulis: Ekarina
19/5/2020, 12.12 WIB

Hubungan Tiongkok dan Australia kembali memanas dan berada di ambang perang dagang. Hal ini dipicu oleh kebijakan Tiongkok yang mengenakan 80% tarif impor untuk produk gandum Negeri Kanguru. 

Dikutip dari The Guardian, Kementerian Perdagangan Tiongkok Senin (18/5) malam mengumumkan pengenaan tarif terhadap beberapa produk biji-bijian Australia setelah menyelesaikan 16 bulan penyelidikan temuan subsidi dan dumping.

"Otoritas investigasi telah menemukan tindakan dumping impor  biji-bijian dari Australia, sehingga industri dalam negeri terdampak cukup besar," tulis sebuah pernyataan di situs web kementerian Tiongkok. 

(Baca: Trump Tutup Komunikasi dengan Tiongkok, Perang Dagang Makin Rumit)

Adanya pemberlakuan tarif ini, di sisi lain juga memberi pukulan besar bagi perdagangan komoditas gandum Australia, lantaran mencakup setengah dari total ekspor produk biji-bijian atau serealia negara itu.

Sepekan sebelumnya, Tiongkok juga memberlakukan larangan impor daging dari empat pabrik pemrosesan Australia. Sementara jauh sebelumnya, negara ini juga memiliki keluhan tentang tarif baja Negeri Kanguru. 

Langkah ini menimbulkan kecurigaan. Beijing dinilai tengah berupaya membalas Canberra  karena ikut mendorong penyelidikan internasional terkait sumber wabah Covid-19.

Pada Senin malam, lebih dari 110 negara, termasuk Australia bersama-sama mendukung mosi penyelidikan independen internasional di Majelis Kesehatan Dunia.

Tetapi menteri luar negeri Tiongkok, Wang Yi, mengutuk anggota parlemen asing karena dianggap mempolitisasi pandemi. Sedangkan, Duta Besar Beijing di Canberra juga telah meningkatkan potensi boikot konsumen terhadap produk-produk Australia sejalan desakan penyelidikan asal virus corona.

Balasan Australia 

Menteri Perdagangan mengindikasikan Australia dapat mengajukan banding atas tarif baru Tiongkok. 

Halaman: