Puluhan Siswa Positif Corona dalam Sepekan, Prancis Tutup Lagi Sekolah

ANTARA FOTO/REUTERS/Gonzalo Fuente
Ilustrasi, seorang perempuan memakai masker pelindung saat penularan virus korona baru sedang terjadi di Tiongkok saat ia berjalan di lapangan terbuka Trocadero di depan Menara Eiffel di Paris, Prancis, Sabtu (1/2/2020).
Penulis: Desy Setyowati
20/5/2020, 10.33 WIB

Pemerintah Prancis membuka 40 ribu sekolah dasar dan prasekolah, seiring menurunnya jumlah kasus positif virus corona. Baru seminggu dibuka, sekitar 70 siswa dan staf terjangkit Covid-19.

Karena itu, pemerintah menutup kembali beberapa sekolah. “Kemungkinan beberapa orang terinfeksi sebelum sekolah dibuka,” kata Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer dikutip dari Express.co.uk, Rabu (20/5).

Hanya, ia tidak memerinci jumlah tes yang dilakukan terhadap para siswa, guru, dan staf. (Baca: Temuan Baru Gejala Covid-19, Muncul Lesi Keunguan Pada Pasien Anak)

Padahal, selain sekolah dasar dan taman kanak-kanak (TK), 150 ribu siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) mulai masuk sekolah pekan ini. Walaupun jumlah murid di setiap kelas dibatasi maksimal hanya 15 orang.

Kendati ada kasus baru positif virus corona, Blanquer mendukung keputusan pemerintah membuka kembali sekolah. Lagi pula, para siswa tetap menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak fisik.

"Ini hanya menggambarkan fakta bahwa kami menerapkan kebijakan ketat,” katanya dikutip dari VOA News, kemarin (19/5). “Kami berhati-hati setiap saat dan memberlakukan protokol kesehatan yang ketat.”

(Baca: Raksasa Farmasi Inggris dan Prancis Kolaborasi Bikin Vaksin Corona)

Pemerintah tetap membuka sekolah karena dirasa penting, meski ada kasus positif virus corona baru. Blanquer menilai bahwa pendidikan merupakan yang utama, sehingga para siswa sudah harus mulai belajar mengajar secara langsung.

Berdasarkan data Worldometer, jumlah kasus positif Covid-19 di Prancis mencapai 180.809. Sebanyak 28.022 di antaranya meninggal dunia, sementara yang sembuh mencapai 62.563 orang.

Pemerintah Prancis  membatasi pergerakan orang sejak pertengahan Maret. Warga wajib tinggal di rumah, kecuali untuk membeli bahan makanan, bekerja, atau memperoleh perawatan medis. Warga yang melanggar akan dikenakan sanksi.

Kini, aturan tersebut mulai diperlonggar. (Baca: Presiden Prancis Berlakukan Lockdown untuk Tekan Penyebaran Corona)