Amerika Serikat (AS) berhasil mengamankan sepertiga dari 1 miliar dosis pertama vaksin virus corona yang akan diproduksi perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca. AS membayar sebesar US$ 1,2 miliar atau Rp 17,8 triliun (asumsi kurs Rp 14.865 per dolar).
Padahal vaksin yang dikembangkan AstraZeneca belum terbukti efektivitasnya dalam melawan virus corona. Adapun dana US$ 1,2 miliar digelontorkan oleh Departemen Kesehatan AS untuk mempercepat pengembangan vaksin tersebut dan mengamankan 300 juta dosis untuk Negeri Paman Sam.
“Kontrak dengan AstraZeneca ini merupakan tonggak utama dalam operasi ‘Operation Warp Speed’ menghasilkan vaksin yang aman, efektif, dan tersedia secara luas pada 2021,” kata Menteri Kesehatan AS Alex Azar seperti dikutip Reuters, Jumat (22/5).
Departemen kesehatan AS menyatakan vaksin tersebut akan tersedia di AS paling cepat Oktober tahun ini. Vaksin yang bernama AZD1222 ini dikembangkan oleh Universitas Oxford yang dilisensikan kepada AstraZeneca.
(Baca: Ada 7-8 Calon Kuat Vaksin Corona yang Sedang DIkembangkan)
Karena masih pada tahap eksperimental, keampuhan vaksin ini pun masih belum diketahui. Namun kesepakatan dengan AS akan memfasilitasi pengujian klinis kandidat vaksin tersebut terhadap manusia. Rencananya vaksin tersebut akan diujicobakan kepada 30 ribu orang di AS.
Uji klinis tahap I dan II AZD1222 telah dimulai bulan lalu terhadap 1.000 orang relawan berusia 18-55 tahun di selatan Inggris. Dari sekian banyak kandidat vaksin yang dikembangkan berbagai perusahaan farmasi dunia, hingga saat ini belum ada vaksin yang teruji secara klinis dapat mengobati Covid-19.
“Kami memiliki banyak perkembangan pada vaksin dan therapeutics. Militer AS akan disiagakan sehingga kami bisa menyuntikkan vaksin untuk 150-250 juta orang dengan cepat,” kata Presiden AS Donald Trump.
Sementara itu AstraZeneca menyatakan bahwa mereka telah mendapatkan kontrak untuk 400 juta dosis vaksinnya dengan kapasitas produksi mencapai 1 miliar dosis. Adapun pengiriman pertama vaksin tersebut diperkirakan paling cepat September 2020.
(Baca: WHO Perkirakan Vaksin Corona Tersedia Paling Cepat 2021)
Dari 400 juta dosis tersebut, 100 juta di antaranya akan ditujukan untuk pasar domestiknya di Inggris. Dari 100 juta dosis, sebanyak 30 juta dosis akan tersedia mulai September. Pemerintah Inggris pun telah berjanji, Inggris akan menjadi prioritas pertama ketika vaksin tersebut mulai tersedia.
Namun AS tidak hanya berhasil mengamankan stok vaksin dari AstraZeneca melainkan juga vaksin yang tengah dikembangkan Johnson&Johnson, Moderna, dan Sanofi. Hal ini memicu kekhawatiran hanya negara kaya yang dapat lebih dulu melindungi warganya.
Bahkan pemerintah Perancis mengecam pimpinan Sanofi, yang merupakan perusahaan farmasi yang berbasis di Paris, Perancis, yang lebih mengutamakan pasien Covid-19 AS lantaran pengembangan vaksinnya dibiayai oleh Paman Sam.
Namun CEO AstraZeneca Pascal Soriot memastikan bahwa pihaknya akan berupaya mengalokasikan vaksin buatannya secara merata, bekerja sama dengan berbagai mitra dan pemerintahan di berbagai negara.
(Baca: Vaksin Corona dan Pelonggaran Lockdown Dorong Rupiah Semakin Menguat)
“Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah AS dan Inggris atas dukungannya dalam mempercepat pengembangan dan produksi vaksin,” ujar Soriot.
Adapun salah satu mitra AstraZeneca yaitu The Serum Institute of India, yang merupakan pemilik fasilitas produksi vaksin terbesar di dunia saat ini.
Beberapa pengembang vaksin Covid-19 lainnya termasuk Pfizer Inc., Johnson&Johnson, Sanofi, Inovio Pharmaceuticals, serta Moderna, yang masing-masing masih berada pada tahap tertentu.
Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebelumnya memperkirakan vaksin corona baru akan tersedia paling cepat pada akhir 2021.
(Baca: Lebih dari 10 Perusahaan Kembangkan Vaksin Corona, Ini)