Pemerintah Tiongkok memperketat pengawasan akan penyebaran wabah virus corona setelah puluhan kasus baru muncul dari pasar makanan. Negara itu kembali mencatat penambahan kasus baru setelah berminggu-minggu hampir tak ditemukan penyebaran wabah.
Munculnya kasus Covid-19 di sebuah pasar grosir di Beijing, meningkatkan kekhawatiran tentang terjadinya gelombang kedua virus.
Pemerintah pun merespons cepat dengan segera meningkatkan tindakan pengujian. Pada Minggu (14/6), pemerintah juga meminta seluruh perusahaan untuk mengawasi karantina rumah kepada para pekerjanya yang telah mengunjungi pasar Xinfadi dan pernah melakukan kontak dengan orang lain.
(Baca: Brasil Umumkan 21.704 Kasus Baru Covid-19 dalam 24 Jam)
Jaringan restoran yang menjual mie tradisional Tiongkok menutup beberapa outlet setelah dua karyawan dinyatakan positif.
Kota ini hampir dua bulan tak mencatat kasus baru, sampai pada 12 Juni ada laporan pasien terpapar virus. Sejak saat itu, jumlah total warga positif meningkat menjadi 51 orang, termasuk di antranya delapan orang yang dilaporkan terinfeksi pada hari Minggu.
Menurut otoritas kesehatan kota, pelacakan kontak menunjukkan semua orang yang terinfeksi pernah bekerja atau berbelanja di Xinfadi, sebuah pasar makanan Tiongkok yang juga dijuluki pasar terbesar di Asia tersebut.
"Beijing telah memasuki periode yang luar biasa," kata juru bicara kota Xu Hejian dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Senin (15/6).
Pasar itu pun akhirnya ditutup Sabtu (13/6) dinihari. Wabah Beijing telah menyebar ke provinsi tetangga Liaoning di wilayah timur. Otoritas kesehatan provinsi itu mengatakan, dua kasus baru yang dikonfirmasi pada hari Minggu adalah dua orang yang telah melakukan kontak dengan pengunjung pasar.
Setidaknya 10 kota Tiongkok, termasuk Harbin dan Dalian, telah mendesak warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Ibu Kota atau melaporkan kepada pihak berwenang apabila ada warga yang berpergian belum lama ini.
Huaxiang, sebuah wilayah di distrik yang sama dengan pasar makanan, telah meningkatkan risiko epidemi. Wilayah ini merupakan satu-satunya yang menerapkan siaga tinggi. Status ini berarti tidak ada kegiatan ekonomi sampai wabah dikendalikan.
Mulai pukul 3 dini hari kemarin, terdapat sekitar 10 distrik di Beijing yang menaikkan risiko siaga mereka dari rendah ke sedang.
"Beijing tidak akan berubah menjadi Wuhan kedua, menyebarkan virus ke banyak kota di seluruh negeri dan membutuhkan penguncian," kata seorang pakar epidemi pemerintah kepada Health Times pada hari Minggu.
(Baca: Ilmuwan Tiongkok Sebut Vaksin Corona Bisa Digunakan Akhir Tahun Ini)
Zeng Guang, mantan kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China yang juga ahli senior di Komisi Kesehatan Nasional, mengatakan wabah itu kemungkinan akan dikendalikan setelah lonjakan awal selama beberapa hari.
Sementara itu seorang ahli epidemiologi dari pemerintah mengatakan bahwa sekuensing DNA virus menunjukkan wabah terbaru di pasar bisa datang dari Eropa.
“Penilaian awal kami adalah virus berasal dari luar negeri. Kami masih belum dapat menentukan bagaimana sampai di sini. Itu mungkin karena makanan laut atau daging yang terkontaminasi, atau menyebar dari kotoran orang di pasar, " tulis ahli tersebut melalui media pemerintah.
Para pejabat mengatakan siapa pun yang pernah ke atau melakukan kontak dengan orang-orang yang telah ke Xinfadi sejak 30 Mei akan diminta untuk melapor ke kantor untuk melakukan tes Covid-19. Laporan dari People's Daily menyebutkan masyarakat yang ingin melakukan test tampak mengantri panjang.
Juru bicara otoritas kesehatan Beijing Gao Xiaojun mengatakan siapa pun di kota itu yang demam akan dirujuk langsung untuk melakukan tes corona tes darah dan CT scan.