Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara sedang memburuk. Setelah komunikasi terputus, Korut meledakkan kantor penghubung kedua negara kemarin, Selasa (16/6).
Langkah itu dilakukan hanya beberapa jam setelah Korea Utara mengancam akan melakukan aksi militer di perbtasan Korea. BBC melaporkan kantor penghubung tersebut dibuka pada 2018 untuk berkomunikasi tapi sejak Januari telah kosong karena pandemi corona.
Korea Selatan memperingatkan akan menanggapi dengan kuat jika Korut terus memperburuk situasi. Penghancuran kantor, mengutip dari pernyataan resmi pemerintah, meninggalkan harapan semua orang adanya penyelesaian damai di Semenanjung Korea.
Korea Selatan menganggap semua peristiwa yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir merupakan tanggung jawab Korea Utara. Rusia menyatakan keprihatinan atas ketegangan baru ini. “Kami menyerukan semua pihak untuk menahan diri,” kata juru bicara presiden, Dmitry Peskov.
Seorang pejabat senior Amerika Serikat mengatakan pemerintah Presiden Donald Trump terus berkoordinasi dengan sekutunya, Republik Korea (Korea Selatan).
(Baca: Konflik Makin Panas, Korut Ledakkan Kantor Penghubung Korsel )
Apa Sebab Ketegangan antara Korea Selatan dan Korea Utara?
Ketegangan terjadi pada 8 Juni lalu. Korut mengancam memutus hubungan dengan Korsel. Pasalnya, Korea Utara tidak senang dengan kehadiran kelompok-kelompok pembelot di Korea Selatan yang mengirim propaganda di perbatasan.
Komunikasi lalu benar-benar terputus sehari kemudian pada pukul 12.00 waktu setempat. Adik pemimpin Korut, Kim Yo-jong, lalu mengancam akan meledakkan kantor penghubung kedua negara pada pekan lalu. Kim Yo-jong juga akan membatalkan semua perjanjian yang telah disepakati dengan Korea Selatan.
Pyongyang menyalahkan Seoul yang tidak mampu mencegah para pembelot itu. Media pemerintah merujuk para pembelo Korut di Korsel sebagai sampah manusia.
Namun, banyak pihak menyebut Korea Utara hanya mencari alasan semata. Masalah utamanya adalah pemimpin negara komunis itu, Kim Jong-un, gagal membawa kemakmuran dan sanksi internasional ketat tetap berlaku. Plus, Covid-19 telah mempengaruhi stabilitas politik di sana. Pyongyang perlu mencari musuh bersama agar perhatian publik teralihkan.
(Baca: Kookmin Bakal Jadi Pengendali Tunggal, Saham Bukopin Terbang 21,9%)
Siapa Kim Yo-jong?
Fakta bahwa adik perempuan Kim Jong-un menjadi yang terdepan dalam membangun ketegangan dua negara menunjukkan dia bukan orang yang dapat dianggap semeh. Kim Yo-jong berperan besar dalam pemulihan hubungan Utara-Selatan pada 2018.
Sejak 2014, tugas utama perempuan berusia 32 tahun itu adalah melindungi citra kakaknya. Ia juga mengambil peran kunci dalam departemen propaganda partai.
Tiga tahun kemudian ia diangkat menjadi anggota politbiro. Lalu, pada 2018 Yo-jong mendapat sorotan dunia internasional karena menjadi anggota pertama keluarga Kim yang mengunjungi Korea Selatan. Ia datang untuk menyaksikan Olimpiade Musim Dingin. Ketika Kim Jong-un menghilang pada April 2020 berhembus kabar Yo-jong bakal menggeser posisi kakaknya.
Kim Yo-jong pada Rabu lalu sempat melontarkan komentarnya soal pernyataan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in yang menyerukan perdamaian di Semenanjung Korea. "Sungguh memuakkan mendengarkan pidatonya. Dia tampaknya gila meskipun tampak normal di luar. Jadi, saya memutuskan menyiapkan bom kata-kata agar diketahui penduduk kami," katanya, mengutip dari The New York Times.
(Baca: Salip Samsung, Huawei Rajai Pasar Ponsel Global April 2020 )