Tensi hubungan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok kembali memanas awal pekan ini. Beijing mengancam bakal membalas AS jika mereka tetap bertahan dengan aksi permusuhan dan melanjutkan rencana pengusiran terhadap para jurnalis.
Sejumlah jurnalis Tiongkok terancam hengkang beberapa hari mendatang jika AS tidak juga memberikan perpanjangan visa.
Juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok, Wang Wenbin dalam jumpa pers mengatakan tidak ada jurnalis Tiongkok yang diberikan perpanjangan visa sejak AS membatasi masa tinggal mereka hingga 90 hari, dengan opsi perpanjangan.
"AS telah meningkatkan tindakannya terhadap jurnalis Tiongkok. Mereka harus segera memperbaiki kesalahan dan menghentikan aksinya," ujar Wenbin dikutip dari Reuters, Selasa (4/8).
Jika AS tetap pada keputusan, Tiongkok akan mengambil tindakan yang diperlukan dan sah untuk melindungi hak negaranya.
Wang tidak mengatakan berapa banyak jurnalis yang akan terdampak aksi balasan. Namun, editor surat kabar Global Times Tiongkok sebelumnya mengatakan, dalam aksi balasannya, Negeri Panda akan menargetkan jurnalis AS yang berada di negaranya maupun yang berbasis di Hong Kong.
"Mereka telah menyiapkan skenario terburuk jika semua jurnalis Tiongkok harus meniggalkan AS," kata Hu lewat akun Twitter.
The Global Times diterbitkan oleh People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa.
Seperti diketahui, hubungan kedua negara terus memburuk belakangan ini. Konflik keduanya dipicu oleh oleh berbagai hal, mulai dari perdagangan bilateral, Undang-undang kemanan baru Hong Kong hingga asal usul virus corona.
Pada Maret lalu, Washington telah memangkas jumlah warga negara Tiongkok yang diizinkan bekerja di media AS dari yang semula berjumlah 160 menjadi 100 orang. AS juga sempat menuding jurnalis Tiongkok melakukan misi asing.
Beijing lantas melakukan hal serupa terhadap jurnalis AS dari tiga surat kabar New York Times, Wall Street Journal dan Washington Post karena dinilai membuat berita menyudutkan.