Terburuk Sejak Krisis 1998, Ekonomi Thailand Minus 12% pada Kuartal II
Perekonomian Thailand pada kuartal II 2020 mengalami kontraksi tahunan terbesar sejak krisis keuangan Asia akibat dampak virus corona. Pemerintah Thailand pun memangkas proyeksi produk domestik bruto pada tahun ini dan mengumumkan lebih banyak stimulus.
Data dari badan perencanaan negara menunjukkan penurunan hingga 100% pada kunjungan wisatawan asing memberikan pukulan terbesar bagi ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu. Virus corona dan langkah-langkah untuk menekan penyebaran Covid-19 juga memukul konsumsi, investasi swasta, dan ekspor.
Ekonomi Thailand terkontaksi 12,2% pada kuartal kedua tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 9,4% dibandingkan kuartal sebelumnya. Kontraksi ini lebih rendah dibandingkan proyeksi Ekonom dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan ekonomi kontraksi 13,3% dibandingkan kuartal II 2019 atau negatif 11,4% dibandi kuartal sebelumnnya.
Deputi Baru Perdana Menteri Supattanapong Punmeechaow mengatakan bahwa pemerintah akan mengumumkan lebih banyak stimulus bulan ini, "untuk mendukung ekonomi dan semua kelompok orang yang terkena dampak," ujarnya, seperi dikutip dari Reuters, Senin (17/8).
Data juga menunjukkan rekor kontraksi secara kuartal, merepresentasikan masalah lain bagi pemerintah, yang juga menghadapi protes anti-pemerintah terbesar sejak kudeta 2014.
"Rilis ekonomi hari ini menggarisbawahi jatuhnya permintaan, baik secara eksternal maupun internal," kata Kobsidthi Silpachai, Kepala Riset PasarModal Kasikornbank.
Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional attau NESDC memangkas perkiraan produk domestik bruto untuk tahun ini menjadi negatif 7,3% -7,8% dari sebelumnya minus 5% -6%. Perekonomian Negeri Gajah ini mengalami rekor kontraksi tahunan sebesar 7,6% pada tahun 1998.
Sementara Thailand telah mencabut sebagian besar pembatasan setelah tidak melihat penularan lokal virus corona selama lebih dari 80 hari. Ekonomi mereka terus menderita karena permintaan global yang melambat dan larangan yang sedang berlangsung terhadap kunjungan wistawan asing asing.
NESDC mengatakan mereka memperkirakan hanya 6,7 juta turis asing yang datang ke Thailand tahun ini setelah rekor tahun lalu 39,8 juta dan mengatakan tidak ada turis asing pada kuartal kedua.
Sementara itu, NESDC memperkirakan penurunan ekspor 10% pada tahun 2020, setelah sebelumnya memperkirakan penurunan 8%.
"Pemulihan ekonomi yang jelas akan terjadi setelah ada vaksin, yang kami perkirakan pada pertengahan tahun depan," kata Kepala NESDC Thosaporn Sirisumphand dalam konferensi pers terpisah.
Pemerintah Thailand telah mendukung perekonomian dengan paket stimulus fiskal 1,9 triliun baht atau sekitar US$ 61 miliar). Sementara bank sentral telah memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin tahun ini ke rekor terendah 0,5%.
Pandemi virus corona memukul perekonomian hampir seluruh negara di dunia, termasuk 20 negara dengan ekonomi terbesar atau G20.