Kementerian Perdagangan Tiongkok memulai penyelidikan anti-dumping terhadap impor anggur asal Australia pada hari ini, Selasa (18/8). Penyelidikan dilakukan seiring adanya permintaan dari Asosiasi Minuman Beralkohol Negeri Panda bulan lalu.
Dikutip dari Reuters, pada proses penyelidikan ini akan dilihat apakah impor anggur dari Australia dalam kontainer berkuran dua liter atau kurang untuk periode impor 2019.
"Kami akan menyelidiki setiap kerugian yang terjadi pada industri anggur dalam negeri sejak 2015 hingga 2019," tulis keterangan resmi dalam situs Kementerian Perdagangan Tiongkok, Selasa (18/8).
Asosiasi Minuman Beralkohol Tiongkok mengatakan produsen anggur Australia telah memangkas harga dan mengambil pangsa pasar dari perusahaan lokal, yang telah mengalami kemerosotan produksi dan operasional.
Impor anggur Australia tercatat naik lebih dari dua kali lipat menjadi 12,08 juta liter sepanjang periode 2015 dan 2019. Sementara itu, harga impor produk itu pun turun 13% menjadi $ 6.723 per kiloliter, menurut asosiasi mengutip data bea cukai Tiongkok.
Selama periode yang sama, pangsa pasar anggur domestik turun dari 74,4% menjadi 49,6%.
Data berbeda ditunjukkan pelaku industri anggur Australia. Negara tersebut menjual lebih banyak anggur ke Tiongkok daripada Prancis, mengekspor produk senilai 1,1 miliar dolar Australia ($ 795 juta) pada 2019-2020 dengan 37% pangsa pasar impor Tiomgkok berdasarkan nilai.
"Data ekspor tidak mendukung fakta apa pun bahwa kami membuang anggur," kata Direktur Pelaksana Grup Anggur Australia Selatan David Harris, selaku pihak yang disebut dalam penyelidikan tersebut.
"Anggur kami lebih mahal daripada hampir semua negara pengekspor anggur di dunia," tambahnya.
Tiongkok merupakan pasar utama ekspor anggur Australia. Negara ini juga merupakan mitra dagang terbesar Negeri Kanguru dengan perdagangan keduanya mencapai 235 miliar dolar Australia (US$ 169,86 miliar) pada 2019.
Saham Treasury Wine Estates (TWE.AX) Australia, pemilik label minuman anggur Penfolds, turun 14% dalam perdagangan Selasa pagi. Belum jelas apakah Departemen Keuangan negara itu adalah bagian dari penyelidikan.
Penyelidikan anti-dumping diduga ikut dilatar belakangi oleh dukungan Australia terkait penyelidikan internasional tentang asal-usul virus corona.
Tiongkok belum lama ini juga memberlakukan tarif dumping pada jelai atau biji gandum Australia, menangguhkan beberapa impor daging sapi. Negeri Panda juga memperingatkan pelajar dan turis negaranya bahwa tidak aman untuk bepergian ke Australia karena tuduhan rasisme.
Aksi Balasan
Terkait penyelidikan anti-dumping anggur Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham mengaku kecewa dengan Tiongkok.
"Ini adalah perkembangan yang sangat mengecewakan dan membingungkan,"katanya dalam konnfirmasi surat elektronik dikutip dari Reuters.
Dia membatantah anggur Australia dijual di bawah harga pasar dan menegaskan ekspornya tidak disubsidi. Dia juga mengatakan Tiongkok mempertimbangkan penyelidikan atas bea masuk, pajak impor yang diberlakukan untuk mencegah dumping atau melawan subsidi ekspor.
Langkah Tiongkok mengenakkan tarif produk biji-bijian Australia sebelumnya menuai reaksi keras dari Birmingham. Australia mengindikasikan bakal mengajukan banding atas tarif baru Tiongkok.
Dia menyebutkan negaranya dapat mengajukan banding atas pengenaan tarif anti-dumping 73,6% dan tarif anti-subsidi 6,9% yang diterapkan untuk semua gandum Australia mulai pada Mei lalu.
"Australia sangat kecewa dengan keputusan Tiongkok untuk mengenakan tarif gandum," katanya dalam sebuah pernyataan dikutip dari The Guardian, pertengahan Mei 2020.
Dia pun menolak dasar keputusan ini dan akan menilai rincian temuan sementara sambil mempertimbangkan langkah selanjutnya.