Parlemen Jepang telah memilih Yoshihide Suga sebagai Perdana Menteri. Suga menggantikan Shinzo Abe yang mengundurkan diri karena masalah Kesehatan.
Sebagai sekutu Abe di pemerintahan maupun Partai Demokrat Liberal (LDP), ia diharapkan bisa melanjutkan kebijakan pendahulunya. Suga dengan mudah memenangkan pemungutan suara di Diet, majelis rendah, di mana koalisi partainya yang konservatif memegang suara mayoritas.
Bersama dengan kabinet barunya, dia kemudian akan dilantik secara seremonial oleh kaisar di Istana Kekaisaran.
Siapa Yoshihide Suga?
Lahir sebagai anak petani stroberi, politikus veteran ini memiliki latar belakang sederhana. Ini yang membedakan dirinya dari kebanyakan elit politik Jepang, termasuk Abe yang berasal dari keluarga politisi.
Berumur 71 tahun, Suga memiliki karir yang perlahan dalam politik. Dia pertama kali bekerja sebagai seorang sekretaris untuk anggota parlemen LDP sebelum akhirnya memulai karir politiknya sendiri. Beranjak dari pemilihan dewan kota, ia menjadi anggota Diet pada 1996.
Pada 2005, dia menjadi seorang menteri kabinet di bawah Junichiro Koizumi dan memperoleh pengaruh lebih pada kabinet Abe pada masa pemerinthannya yang pertama.
Sebagai tangan kanan dari Abe, Suga mendapatkan reputasi sebagai orang yang efisien dan praktis. Dalam pemungutan suara kali ini, ia juga mendapat dukungan penuh dari Abe.
Tantangan di Depan Mata
Yoshihide Suga akan memimpin Jepang di masa sulit. Seperti negara-negara lain, Jepang juga tengah berjuang di tengah pandemi Covid-19 yang telah menyebabkan kemerosotan ekonomi.
Kondisi itu diperberat dengan demografi Jepang didominasi oleh penduduk berusia lanjut. Hampir sepertiga populasinya kini berusia di atas 65 tahun. Selain itu, Jepang adalah negara dengan rasio utang terbesar di dunia, berikut tergambar di Databoks:
Bertahun-tahun menjabat sebagai Sekretaris Kabinet, Suga berjanji untuk melanjutkan program reformasi ekonomi Abenomics.
"Pemilihan Suga menjamin adanya keberlanjutan pada semua inisiatif kebijakan utama yang dikeluarkan Shinzo Abe," kata Yuki Tatsumi, direktur program Stimson Center's Japan yang berbasis di Washington kepada BBC.
Menurutnya, ujian terbesar bagi Suga adalah seberapa baik dia tampil di hadapan publik. "Meskipun kemampuannya sebagai tangan kanan Abe dan Sekretaris Kabinet telah terbukti, namun kemampuan untuk memimpin negara sebagai pemimpin tertinggi sebagian besar belum teruji, khususnya dalam bidang kebijakan luar negeri,” kata Tatsumi.