Joe Biden, Penantang Trump yang Berkarier Politik Hampir 30 Tahun
Calon presidenAmerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, menarik perhatian sejak debat perdana pada akhir September lalu. Sejak itu ragam jajak pendapat mengunggulkan Biden dibandingkan pesaingnya Donald Trump
Saat debat perdana, CNN membuat survei yang menunjukkan enam dari 10 penonton debat memilih Biden sebagai pemenang dalam debat tersebut. Sedangkan 28% responden lainnya memilih Trump sebagai pemenang dalam debat pertama.
Hasil yang sama juga diperoleh dalam debat putaran kedua yang dilaksanakan pada (22/10) lalu. Survei cepat yang dilakukan CNN mencatat sejumlah 53% responden sepakat bahwa Biden unggul pada debat kedua. Sementara itu, 39% penonton lainnya mengatakan bahwa Trump menjadi pemenang dalam debat.
Menjelang pemungutan suara, beberapa jajak pendapat menunjukkan Biden lebih unggul dari Trump. Meski jajak pendapat tak menjami kemenangan dalam Pilpres AS yang menggunakan sistem Dewan Elektoral, Biden punya peluang mengalahkan Trump. Lantas, bagaimana sepak terjang Biden dalam politik AS?
Biden yang lahir pada 20 November 1942 di Scranton, Pennsylvania, menjalani profesi sebagai pengacara sebelum terjun ke politik. Biden yang lulusan University of Delaware dan University Syracuse memulai kariernya dengan bergabung pada sebuah firma hukum di Wilmington.
Ketika itu dia menjalankan pekerjaan paruh waktu sebagai pembela umum (public defender). Masa itu ia memulai karier politik sebagai anggota Dewan Kota New Castle pada 1971. Saat itu Biden melawan proyek jalan raya 10 jalur yang mengancam akan mengaspal wilayah Wilmington. Selain itu, ia juga menekan perusahaan minyak yang akan membangun kilang di Pantai Delaware.
Karier politiknya berlanjut dengan terpilih menjadi anggota Senat AS pada usia 29 tahun. Namun, beberapa minggu kemudian sebuah tragedi menimpa keluarga Biden sehingga membuatnya kehilangan istri serta anak perempuannya. Saat pelantikan Senat AS, Biden dilantik di samping tempat tidur kedua anak laki-lakinya di rumah sakit. Setiap hari selama bekerja sebagai Senat, Biden melakukan perjalanan dari Wilmington ke Washington.
Selain menjadi senat di usianya yang masih muda, Biden juga memulai perjalanan kariernya sebagai pemimpin delegasi senator. Dalam perundingan Strategic Arms Limitation Talks (SALT) II antara AS dengan Rusia, Biden terlibat negosiasi tentang pengendalian senjata nuklir dan keamanan strategis untuk menjaga keamanan AS, mencegah perlombaan senjata nuklir, serta menetapkan norma perilaku internasional.
Saat menjabat sebagai wakil presiden, Biden juga melakukan kesepakatan dengan Rusia dalam New START Treaty untuk melakukan pengurangan senjata nuklir.
Biden juga memperjuangkan beberapa rancangan undang-undang pada saat menjabat, seperti UU Perlindungan Iklim Global dan Violence Against Women Act atau UU yang mengkriminalisasi kekerasan terhadap perempuan, memberikan sumber daya untuk penyintas kekerasan, dan mengubah dialog nasional tentang kekerasan domestik dan seksual.
Dikutip dari New York Times, Biden menjadi senator dalam enam masa jabatan dari Delawari sejak pertama kali terpilih pada 1972. Kemudian dalam kontestasi pemilihan presiden, Biden menjadi salah satu kandidat yang mewakili Partai Demokrat pada 1988 dan 2008. Hingga akhirnya Biden terpilih menjadi wakil presiden ke-47 mendampingi Presiden Barack Obama, mulai dari 2008 sampai 2016.
Ketika menjadi salah satu kandidat dalam pemilihan presiden 2020, Biden merumuskan rekomendasi kebijakan berdasar saran ahli kesehatan dan ekonomi. Salah satu saran yang diberikan adalah membuat tes Covid-19 dapat diakses secara luas dan gratis.
Dia menilai seharusnya tidak ada biaya yang dikeluarkan pasien untuk menerima vaksin. Biden pun mengkritisi respons Trump terhadap pandemi yang menurutnya terlalu lambat. Dalam fasilitas kesehatan, Biden mendukung kebijakan Affordable Care Act, tetapi menentang Medicare for All yang juga digagas Senator Bernie Sanders.
Dalam pilpres 2020, Biden menggandeng Kamala Harris sebagai calon wakil presiden. Apabila Biden lolos maju ke Gedung Putih, maka dia akan menjadi presiden tertua dalam sejarah saat pelantikannya, yakni di usia 78 tahun. Namun di saat yang bersamaan, Trump juga akan menjadi presiden tertua apabila memenangkan masa jabatan kedua, yaitu di umur 74 tahun.
Penyumbang bahan: Agatha Lintang