Studi di Inggris Temukan Sejumlah Orang Miliki Antibodi Covid-19

ANTARA/Shutterstock/am
Ilustrasi, sampel darah yang terindikasi positif virus corona. Tujuh orang pejabat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta positif Covid-19. Peneliti di Inggris menemukan sejumlah orang telah memiliki antibodi alami untuk melawan Covid-19.
13/11/2020, 14.45 WIB

Peneliti di Francis Crick Institute dan University College London menemukan bahwa beberapa orang, terutama anak-anak, memiliki antibodi terhadap Covid-19. Meskipun mereka belum pernah terinfeksi virus tersebut.

Antibodi tersebut kemungkinan terbentuk dari paparan virus corona lain yang menyebabkan flu biasa. Namun virus flu tersebut memiliki kesamaan struktural dengan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Penelitian yang diterbitkan pada Jumat (6/11) menyatakan antibodi yang terbentuk saat melawan infeksi flu sebelumnya tetap bertahan dalam darah selama beberapa waktu. Jika infeksi terjadi lagi, antibodi akan kembali terbentuk untuk melawan virus.

Para peneliti pun mengembangkan tes antibodi Covid-19 yang lebih sensitif setelah penemuan tersebut. Penelitian lanjutan itu bertujuan untuk melihat seberapa baik kinerja tes dengan membandingkan darah pasien Covid-19 dengan orang yang sehat.

Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa orang yang tidak terpapar Covid-19 memiliki antibodi dalam darah mereka. Untuk mengonfirmasinya, mereka menganalisa lebih dari 300 sampel darah yang dikumpulkan sebelum pandemi antara 2011 dan 2018.

Hampir semua sampel darah memiliki antibodi yang bereaksi dengan virus corona flu biasa. Hal itu menunjukkan setiap orang pernah terpapar virus di dalam hidup mereka.

Meski begitu, satu dari 20 relawan dewasa juga memiliki antibodi yang bereaksi silang dengan SARS-CoV-2. Secara khusus, antibodi reaktif yang bersilang sering ditemukan pada sampel darah anak-anak berusia 6-16 tahun.

Penulis utama dan mahasiswa pascasarjana di Laboratorium Imunologi Retroviral di Crick Kevin Ng mengatakan hasil tersebut menunjukkan bahwa anak-anak cenderung memiliki antibodi reaktif silang dibanding orang dewasa. Meski begitu, perlu lebih banyak penelitian untuk memahami mengapa hal itu terjadi.

Salah satu kemungkinanya yaitu anak-anak yang lebih sering terpapar virus corona yang menyebabkan flu biasa."Dalam tingkat yang lebih tinggi, pengamatan pada anak-anak dapat membantu menjelaskan mengapa mereka cenderung tidak sakit parah karena Covid-19. Namun, belum ada bukti bahwa antibodi itu mencegah infeksi atau penyebaran SARS-CoV-2," ujar Kevin dikutip dari Scitechdaily.com pada Jumat (13/11).

Para peneliti pun terus menguji antibodi yang mereka temukan dalam darah orang yang tidak terinfeksi Covid-19. Hal itu untuk memastikan mereka mampu menetralkan virus tersebut.

Sejauh ini, mereka menemukan bahwa antibodi reaktif silang menargetkan subunit S2 dari protein lonjakan di permukaan virus. Penulis senior dan pemimpin kelompok laboratorium Imunologi Retroviral di Crick George Kassiotis menjelaskan bahwa virus corona terdiri dari dua bagian dengan tugas yang berbeda.

Subunit S1 memungkinkan virus menempel ke sel dan itu relatif ada pada virus corona. Subunit S2 memungkinkan virus masuk ke dalam sel. "Pekerjaan kami menunjukkan bahwa subunit S2 cukup mirip antara virus corona flu biasa dan SARS CoV-2 sehingga beberapa antibodi bekerja melawan keduanya," ujar George.

Sebelumnya, para penliti memperkirakan antibodi bekerja pada S1 yang dapat memblokir infeksi. Namun, saat ini terdapat bukti bahwa beberapa antibodi S2 dapat sama efektifnya.

"Ini menarik karena memahami dasar kegiatan ini dapat mengarah pada vaksin yang bekerja melawan berbagai virus corona, termasuk jenis flu biasa serta SARS-CoV-2 dan jenis pandemi di masa depan," ujarnya.

Peneliti di Imperial College London dan University College London tengah melaksanakan studi besar untuk mengungkapkan peran antibodi yang berbeda dan pertahanan kekebalan lainnya dalam perlindungan Covid-19 dan seberapa parah orang menjadi sakit.

Di sisi lain, hanya beberapa saja orang yang secara alami memiliki antibodi melawan Covid-19. Sedangkan sejumlah orang lainnya terlah terkonfirmasi terinfeksi virus corona. 

Oleh karena itu, Satgas Penanganan Covid-19 selalu mengingatkan masyarakat untuk selalu menjalankan protokol kesehatan 3M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Protokol tersebut sudah terbukti efektif mencegah penularan Covid-19. 

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan