Universitas Oxford dan AstraZeneca mengklaim bahwa vaksin virus corona buatan mereka dapat melindungi dari virus corona varian baru yang beredar di Inggris. Selain itu vaksin juga masih dapat diperbarui untuk melindungi dari virus hasil mutasi lainnya di masa mendatang.
Menurut peneliti Universitas Oxford John Bell secara umum vaksin dapat diperbarui untuk memberikan perlindungan yang efektif terhadap mutasi virus corona di masa mendatang. “Jika kita harus membuat vaksin baru, kita bisa melakukannya sekarang dan sudah dimulai,” ujarnya seperti dikutip dari CNBC.com, Kamis (31/12).
Seiring dengan berkembangnya beberapa varian virus corona baru di dunia, seperti di Inggris, Afrika Selatan, dan Nigeria, yang jauh lebih menular dibandingkan varian virus lainnya, muncul pertanyaan apakah vaksin virus corona yang telah ada saat ini efektif melawan varian baru tersebut.
Oxford dan AstraZeneca saat ini tengah meneliti untuk memastikan apakah vaksin buatan mereka efektif menghadapi virus varian baru.
“Kami pikir mungkin bisa, tapi kami ingin benar-benar yakin. Kami punya banyak sampel dari orang yang telah terpapar virus varian baru tersebut. Sehingga kami akan dapat mengetahui dengan cepat apakah vaksin efektif melindungi terhadap varian itu,” kata Bell.
Sejauh ini, varian virus B.1.1.7 yang ditemukan di Inggris sudah menyebar ke sejumlah negara lainnya seperti Australia, Singapura, Amerika Serikat, dan juga Perancis. Sehingga memicu sejumlah negara untuk menerapkan larangan dan pembatasan perjalanan.
Databoks berikut menunjukkan peta persebaran virus varian baru tersebut di Inggris hingga 9 Desember 2020:
Kemudian varian baru juga ditemukan di Afrika Selatan. Menurut Bell varian Afrika Selatan memiliki mutasi yang sedikit lebih mengkhawatirkan daripada varian Inggris. Meski demikan dia meyakini ilmuwan akan dapat menciptakan vaksin baru jika vaksin yang ada saat tidak efektif.
Pengembangan vaksin baru menurut dia juga tidak perlu melalui tahap uji klinis skala besar yang sama dengan vaksin corona yang sudah ada. “Hanya studi imunogenisitas untuk memastikan vaksin dapat memicu respon imun,” kata Bell.
Menurut dr. Scott Gottlieb, mantan pimpinan Food and Drug Administration (FDA) yang saat ini menjabat dewan direksi Pfizer, mutasi virus bukan hal yang aneh. Dia meyakini vaksin yang ada sekarang akan melindungi dari varian virus baru di Inggris.
“Beberapa virus flu bisa mengembangkan protein permukaannya dengan sangat cepat. Itulah mengapa kita membutuhkan vaksin flu yang berbeda setiap tahunnya. Tapi pada akhirnya kita harus memperbarui vaksin,” kata dia.
Adapun pemerintah Inggris telah memberikan lampu hijau terhadap penggunaan vaksin corona Oxford-AstraZeneca pada Rabu (30/12). Namun ada sedikit keraguan terhadap dosis penggunaannya.
Menurut data terakhir pemberian suntikan pertama sebanyak setengah dosis yang kemudian diikuti dengan pemberian satu dosis penuh memiliki efektivitas hingga 90% dibandingkan pemberian dua dosis penuh yang hanya 62% efektif.