Pemerintah Inggris meminta warganya menganggap vaksinasi Covid-19 seperti halnya vaksin flu, yang akan diberikan rutin tiap tahun terutama pada mereka yang rentan. Vaksinasi menjadi salah satu upaya mengatasi pandemi corona.
"Kita harus mulai menganggapnya seperti vaksin flu, sesuatu yang orang tua atau orang yang rentan pastikan bahwa mereka akan mendapatkannya setiap tahun," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Rabu (10/2) dikutip dari Reuters.
Johnson menyatakan suntikan tiap tahun penting untuk menghadapi mutasi varian baru Covid-19. "Saya rasa kita perlu bersiap-siap menjalani keadaan dengan menyediakan suntikan untuk melawan varian-varian baru pada musim gugur," kata dia.
Dia yakin vaksin akan menjadi "lebih baik dan lebih baik lagi" mengatasi semua varian Covid-19. Seperti halnya Johnson, Chief Executive Officer Johnson & Johnson (J&J) Alex Gorsky mengatakan vaksinasi Covid-19 dibutuhkan setiap tahun selama beberapa tahun ke depan.
Itu lantaran virus yang terus bermutasi berpotensi mengurangi kemanjuran vaksin. Gorsky mengatakan setiap kali bermutasi, virus akan berubah menjadi varian baru. "Mutasi itu berdampak pada kemampuannya untuk menangkis antibodi atau memiliki jenis respons berbeda terhadap pengobatan dan vaksin, ”ujar Gorsky kepada CNBC pada Selasa (9/2).
Penelitian di Israel menunjukkan vaksin virus corona memiliki dampak yang kuat dan cepat dalam penanganan pandemi. Hal itu tercermin dari penurunan drastis kasus Covid-19 dan orang yang dirawat inap dalam beberapa minggu setelah peluncuran vaksinasi Covid-19.
Peluncuran program vaksinasi yang cepat di Israel dijadikan semacam laboratorium uji klinik untuk dunia. Dari data awal didapatkan bahwa vaksin bekerja sama baiknya seperti saat uji klinis.
Layanan Kesehatan Maccabi melaporkan pada Kamis (4/2) bahwa dari 416.900 orang yang divaksinasi, hanya 254 yang tertular Covid-19 seminggu setelah dosis kedua yang mereka dapatkan. Meski begitu, semua kasusnya ringan.
Jika dibandingkan dengan jumlah orang yang tidak divaksinasi, peneliti memperkirakan vaksin Pfizer dan BioNTech yang digunakan di Israel memiliki efektivitas 91%, angka tersebut tak jauh berbeda dari hasil uji klinis yang menunjukkan efektivitas hingga 95%.
Di sisi lain, data statistik nasional Israel mencatat mayoritas penerima vaksin merupakan orang yang berusia 60 tahun ke atas karena mereka memiliki risiko tinggi. Setelah enam minggu program vaksinasi berjalan, jumlah kasus Covid-19 turun 41% dibandingkan tiga minggu sebelumnya.
Kelompok itu juga mengalami penurunan rawat inap akibat virus korona hingga 31%, dan penurunan sakit kritis sebesar 24%. "Kami mengatakan dengan hati-hati, keajaiban telah dimulai," tweet Eran Segal, seorang ahli biologi kuantitatif di Weizmann Institute of Science dan rekan penulis studi baru tentang dampak vaksin di Israel seperti dikutip dari nytimes.com pada Senin (8/2).
Para peneliti pun menemukan harapan pada kemampuan vaksin untuk segera menurunkan kasus di antara orang Israel yang mendapat suntikan. Penelitian ini memberikan harapan vaksin akan semakin manjur melindungi manusia dari penyakit parah Covid-19. Bahkan beberapa uji coba menunjukkan bahwa vaksin berpotensi memperlambat penularan virus.
“Itu cukup meyakinkan bahwa kita melihat efek aktual dari vaksinasi pada tingkatan populasi,” kata William Hanage, seorang ahli epidemiologi di Harvard T.H. Sekolah Kesehatan Masyarakat Chan yang tidak terlibat dalam penelitian Israel.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan