Krisis Covid-19 di India, Angka Kematian Tembus 4.000 dalam Sehari

ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi/hp/cf
Seorang perempuan menangis saat proses kremasi suaminya, yang meninggal dunia akibat Covid-19 di New Delhi, India, Rabu (5/5). India melaporkan lebih dari 4.000 orang meninggal dunia dalam 24 jam pada Sabtu (8/5).
Penulis: Agustiyanti
9/5/2021, 08.33 WIB

Pandemi Covid-19 kian memburuk di India. Angka kematian akibat wabah tersebut memecahkan rekor baru, menembus 4.000 orang dalam sehari pada Sabtu (8/5).

Kementerian kesehatan India melaporkan rekor 4.187 kematian dalam 24 jam, serta lebih dari 400.000 infeksi baru yang sudah terjadi selama tiga hari berturut-turut. India telah melaporkan lebih dari 21 juta kasus dan 238 ribu kematian sejak pandemi merebak.

Krisis yang terus meningkat membuat sistem perawatan kesehatan India melampaui batasnya. Pasokan tempat tidur, oksigen, dan tenaga medis terbatas. Beberapa pasien Covid-19 meninggal di ruang tunggu atau di luar klinik yang kewalahan, bahkan sebelum mereka diperiksa oleh dokter.

Para pejabat di Tamil Nadu mengumumkan karantina selama dua minggu. Keputusan ini diambil setelah negara bagian selatan India ini mengalami lonjakan infeksi harian terbesar mencapai 26.465 kasus pada Jumat (7/5).

Mulai Senin, semua tokok nonesensial di Tamil Nadu titi, termasuk toko minuman keras milik negara. Restoran hanya menyediakan layanan pembelian makanan untuk di bawa pulang, tetapi toko bahan makanan dapat buka dari jam 8 pagi hingga 12 malam. Layanan pengiriman makanan juga akan dibatasi.

Sejumlah negara bagian India telah memberlakukan karantina total pada pekan ini, dari negara bagian Rajasthan di barat laut hingga Karnataka di selatan. Keputusan karantina ditempuh meskipun Perdana Menteri Narendra Modi memperingatkan bahwa tindakan itu hanya dianggap sebagai upaya terakhir.

"Dalam situasi hari ini, kami harus menyelamatkan negara dari lockdown. Saya akan meminta negara untuk menggunakan lockdown sebagai opsi terakhir mereka. Kami harus berusaha keras untuk menghindari lockdown dan fokus hanya pada zona penahanan mikro," kata Modi pada akhir April.

India memberlakukan karantina skala besar dan ketat pada Maret tahun lalu. Ketika itu, negara berpenduduk 1,36 miliar itu melaporkan hanya 500 kasus dan 10 kematian akibat Covid-19.

Tindakan nasional itu diumumkan dengan pemberitahuan kurang dari empat jam dan tak direncanakan dengan matang sehingga justru memicu krisis migran. Keputusan ini juga membuat aktivitas ekonomi negara itu macet. Bisnis, pabrik, dan lokasi konstruksi terhenti, ekonominya berkontraksi sebesar 24% dari April hingga Juni - kemerosotan terburuk di India sejak pencatatan dimulai pada tahun 1996.

Uni Eropa berencana untuk memberikan dukungan tambahan kepada India, Presiden Dewan Eropa Charles Michel tweeted pada Sabtu (8/5).

Pernyataan itu muncul sebagai bagian dari pengumuman yang dibuat oleh Michel tentang aliansi dengan Modi, yang akan memulai babak baru dalam kemitraan strategis Uni Eropa dan India.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri India Arindam Bagchi mengatakan, tabung oksigen tambahan, ventilator, dan botol obat antivirus Remdesivir tiba di India dari seluruh dunia pada Sabtu (8/5).

Bagchi memuji "kerjasama internasional" setelah Austria mengirimkan 1.900 kanula oksigen dan 396 tabung oksigen dan Republik Ceko mengirimkan 500 tabung oksigen. Kanada juga mengirimkan pengiriman 50 ventilator dan 25.000 vial Remdesivir. Selain itu, Jepang mengirimkan 100 konsentrator oksigen.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan