Vaksin Moderna Ungguli Pfizer untuk Melawan Varian Delta

ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/hp/cf
Dado Ruvic/Illustration Botol kecil dengan label vaksin penyakit virus korona (COVID-19) Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, dan Moderna terlihat dalam foto ilustrasi yang diambil Jumat (19/3/2021).
Penulis: Safrezi Fitra
11/8/2021, 16.02 WIB

Sejumlah penelitian membeberkan sebuah hasil baru terkait efektivitas vaksin Covid-19. Temuan tersebut menilai kinerja vaksin Moderna lebih efektif dibandingkan vaksin Pfizer dalam melawan Covid-19 varian delta.

Terdapat dua laporan yang dipublikasikan oleh medRxiv pada Minggu (8/8), yang menunjukkan keunggulan Moderna dibandingkan pfizer. Berdasarkan penelitian pertama yang dilakukan pada 50.000 pasien di Mayo Clinic Health System, ditemukan kedua vaksin ini mengalami penurunan efektivitas.

“Kedua vaksin tetap efektif untuk mencegah rawat inap Covid. Suntikan booster Moderna mungkin diperlukan bagi siapa saja yang mendapatkan vaksin Pfizer atau Moderna pada awal tahun ini,” kata pemimpin studi penelitian Mayo Clinic, Dr Venky Soundararajan seperti dikutip Reuters, Rabu (10/8).

Pada penelitian tersebut, tingkat efektivitas kedua vaksin diukur menggunakan periode yang sama, yakni dari awal tahun 2021 dan pada Juli 2021. Dari riset tersebut, vaksin Moderna memiliki kadar efektivitas setinggi 76% pada Juli lalu, atau terjadi penurunan efektivitas sebesar 10% dibandingkan pada awal tahun 2021 yang mencapai 86%. Sedangkan untuk efektivitas vaksin Pfizer hanya mencapai 42% saja. Angka efektivitas ini juga menurun 34% pada periode yang sama.

Studi kedua, yang dilakukan terhadap penghuni panti jompo di Ontario menunjukkan respons kekebalan yang lebih kuat setelah menerima vaksin Moderna dibandingkan Pfizer. Pemimpin penelitian Ontario dari Lunenfeld-Tanenbaum Research Institute, Anne-Claude Gingras mengatakan orang tua mungkin memerlukan dosis vaksin yang lebih tinggi atau booster serta pencegahan lainnya.

Menyinggung dua hasil temuan penelitian yang menunjukkan efektivitas Pfizer dibawah Moderna, juru bicara Pfizer memberikan tanggapannya. “Kami terus percaya, penguat dosis ketiga mungkin diperlukan dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah vaksinasi penuh. Ini untuk mempertahankan tingkat perlindungan tertinggi,” katanya.

Meski para pemimpin penelitian mengatakan kemungkinan diperlukannya dosis booster vaksin, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat seruan penghentian pemberian booster vaksin saat ini. Direktur Umum WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan setidaknya penghentian booster vaksin ini dilakukan hingga akhir September nanti.

“Saya memahami semua pemerintah ingin melindungi rakyatnya dari varian Delta. Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang menggunakan pasokan vaksin global untuk memakainya lebih banyak lagi,” kata Tedros.

Beberapa negara memang mulai mempertimbangan dosis booster untuk melawan varian Delta. Menanggapi hal ini, Penasehat Medis Penyakit Menular Elin Hoffman memberikan tanggapannya. “Fakta bahwa kami memvaksinasi orang dewasa yang sehat dengan dosis booster vaksin Covid-19 adalah sebuah cara berpikir yang picik” kata Elin.

Mela Syaharani (Magang)