Direktur CIA Diam-diam Bertemu Pimpinan Taliban, AS Akan Taat Deadline

ANTARA FOTO/Qatar News Agency/Handout via REUTERS/HP/djo
Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani bertemu dengan Mullah Abdul Ghani Baradar, kepala biro politik Taliban, di Doha, Qatar, Selasa (17/8/2021). Mullah Abdul Ghani dikabarkan menggelar pertemuan rahasia dengan Direktur CIA William Burns pada Senin (23/8).ANTARA FOTO/Qatar News Agency/Handout via REUTERS/HP/djo
Penulis: Maesaroh
25/8/2021, 07.36 WIB

Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) William Burns dikabarkan menggelar pertemuan rahasia dengan salah satu pemimpin Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar di ibu kota Afganistan, Kabul, pada Senin (23/8). Namun, baik CIA ataupun Taliban, belum ada yang mengkonfirmasi pertemuan rahasia tersebut.

Sejumlah media Amerika Serikat mulai dari Washington Post, New York Times, dan Associated Press melaporkan soal pertemuan rahasia itu dengan mengutip salah satu sumber. Namun, sumber tersebut hanya melaporkan sedikit dari isi pertemuan dan tidak mengungkap isi perbincangan antara Burns dan Mullah Abdul Ghani. Jika kabar pertemuan itu benar, itu menjadi pertemuan pertama yang melibatkan pejabat tinggi AS dan Taliban setelah Taliban menguasai Afganistan pada 15 Agustus 2021.

CNN, mengutip salah satu pejabat AS, melaporkan bahwa pertemuan antara Burns dan Mullah Abdul Ghani merupakan arahan langsung dari Presiden AS Joe Biden. Sebuah fakta yang menegaskan jika Burns adalah diplomat veteran yang paling dipercaya oleh Biden.

CNN menambahkan, sumber lain di pemerintahan AS mengatakan bahwa pertemuan tersebut membahas "pertukaran pandangan mengenai apa yang sebaiknya dilakukan sebelum 31 Agustus". 
Sejumlah isu memang beredar mengenai inti dari pembahasan pertemuan rahasia antara Burns dan Mullah Abdul Ghani. Media-media AS menduga keduanya membahas penarikan tentara AS dari Afganistan serta kemungkinan penundaan dari rencana tersebut.

Seperti diketahui, Presiden Biden sudah menetapkan tanggal 31 Agustus sebagai deadline bagi tentara AS untuk meninggalkan Afganistan. Namun, sekutu AS termasuk Inggris menginginkan perpanjangan penempatan tentara.

Sebagai informasi, Mullah Abdul Ghani Baradar, merupakan satu dari empat pendiri Taliban di tahun 1994. Dia ditangkap pada tahun 2010 dalam operasi yang melibatkan militer AS dan Pakistan dan menghabiskan delapan tahun hidupnya di penjara. Sejak 2019, secara politik, Mullah Abdul Ghani memimpin Taliban di Qatar. Pada Februari 2020, dia menandatangani kesepakatan Doha yang berisi penarikan tentara AS dan NATO dari Afganistan.
Mullah Abdul Ghani merupakan pemimpin Taliban pertama yang berkomunikasi langsung dengan Presiden AS, termasuk melalui percakapan lewat telpon dengan mantan Presiden Donald Trump.

 Biden Tegaskan Deadline Penarikan Pada 31 Agustus
Presiden Joe Biden, pada Selasa (24/8), menegaskan Amerika Serikat dalam tahap penyelesaian misi evakuasi sampai deadline kehadiran tentara AS di Afganistan berakhir, yakni 31 Agustus. Pernyataan ini menegaskan rencananya untuk tidak menahan pasukan AS atau memperpanjang deadline.
Mengutip CNN, Biden menjelaskan kesuksesan misi evakuasi akan sangat tergantung pada kerja sama dari Taliban. Dia juga meminta kepada pimpinan militer AS untuk menyiapkan opsi darurat jika nantinya dibutuhkan "penyesuaian jadwal" .

"Kami dalam tahap untuk menyelesaikan (evakuasi) sampai 31 Agustus. Saya bertekad untuk menyelesaikan misi. Tentunya misi itu juga tergantung pada kerja sama Taliban dengan mengizinkan akses ke bandara dan tidak mengacaukan operasi kami. Semakin cepat misi selesai maka akan lebih baik karena setiap tambahan hari ada resiko yang terus meningkat pada pasukan kami," kata Biden, seperti dikutip CNN.

Sebagai informasi, rencana penarikan AS menjadi perdebatan hangat menyusul kembalinya pasukan Taliban ke puncak pemerintahan Afganistan.  Biden, pekan lalu, mengisyaratkan kemungkinan AS akan memperpanjang waktu kehadiran militernya di Afganistan. Biden beralasan perpanjangan diperlukan untuk memberikan upaya maksimal dalam melakukan evakuasi.

Namun, rencana perpanjangan tersebut sudah ditentang Taliban. Juru bicara kelompok Taliban Suhail Shaheen saat diwawancarai Sky News menegaskan akan ada konsekuensi jika AS dan koalisi mereka menunda penarikan pasukan.
"Jika AS atau Inggris ingin memperpanjang waktu untuk melakukan evakuasi, jawabannya adalah tidak, atau akan ada konsekuensi. Itu akan menciptakan ketidakpercayaan di antara kita. Jika mereka bersikeras untuk melanjutkan kependudukan mereka (di Afganistan) maka itu akan memprovokasi kamu untuk bertindak," tutur Suhail Shaheen.
AS dan pasukan koalisinya sudah berada di Afganistan sejak 2001, menyusul invasi mereka ke negara tersebut pasca serangan 9/11.

Sementara itu, sekitar 5.800 tentara AS masih menjaga bandara Kabul untuk mengamankan evakuasi. Pada Selasa (24/8), Taliban menegaskan mereka tidak akan mengizinkan warga Afganistan untuk meninggalkan negara mereka. Evakuasi yang sudah berlangsung sejak Senin (16/8) ricuh dan memakan puluhan korban jiwa karena ribuan warga ekspatriat dan warga Afganistan memenuhi bandara Kabul untuk segera melarikan diri dari negara tersebut.