AS Luncurkan Drone Untuk Gagalkan Bom Bunuh Diri yang Sasar Bandara

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pencari suaka asal Afghanistan bercengkrama di depan warung makan yang berlokasi tak jauh dari tenda yang didirikannya sebagai bentuk protes mereka di samping Kantor Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Kebon Sirih, Jakarta, Jumat, (27/8/2021). Selama tinggal di Indonesia mereka kerap berpindah-pindah, Beberapa tahun lalu, para penacri suaka melarikan diri dari Kabul, Afghanistan akibat konflik berkepanjangan dan ketakutan terhadap milisi bersenjata Taliban.
Penulis: Maesaroh
30/8/2021, 07.34 WIB

Militer Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan drone di ibu kota Afganistan, Kabul, pada Minggu (29/8). Serangan tersebut menyasar sebuah mobil yang diduga sebagai mobil bom bunuh diri dan digunakan kelompok ISIS-K untuk menyerang bandara Kabul. Belum ada laporan korban jiwa dari serangan tersebut meskipun ledakan membuat asam hitam mengepul di langit.

Serangan tersebut merupakan insiden kedua  sejak kelompok Taliban menguasai pemerintahan Afganistan pada 15 Agustus lalu. Di hari Kamis (26/8), dua serangan bom juga mengguncang bandara Kabul dan menewaskan setidaknya 90 warga sipil serta 13 tentara AS.

Pasca insiden bom  Kamis pekan lalu, pihak AS sudah meningkatkan kewaspadaannya akan kemungkinan serangan lanjutan yang dilancarkan kelompok ISIS-Khorasan (ISIS-K). Kelompok tersebut tersebut mengaku bertanggung jawab sebagai otak dibalik serangan bom bunuh diri pekan lalu.
Khorasan merupakan wilayah historis pada masa Persia Kuno yang kini merujuk pada Pakistan, Iran, Afghanistan, serta Asia Tengah. Kelompok ISIS-K dibentuk oleh anggota Taliban cabang Pakistan sekitar enam tahun lalu.

Pada Minggu (29/8), juru bicara Pusat Komando AS, Bill Urban membenarkan serangan drone  tersebut.  Militer AS menegaskan serangan tersebut telah mematahkan ancaman "serangan yang mendekati" Kabul.
"Kami yakin bahwa kami berhasil menyasar target. Adanya ledakan kedua dari kendaraan tersebut mengindikasikan bahwa kendaraan itu membawa bahan peledak dalam jumlah besar," kata Bill Urban seperti dikutip BBC.

Saksi mata di tempat kejadian melaporkan ledakan kemungkinan terjadi karena drone yang diluncurkan AS menghantam sebuah rumah di sebelah utara bandara.

AS dan koalisinya tengah berkejaran dengan waktu untuk menyelesaikan misi evakuasi sebelum tenggak berakhir, yakni 31 Agustus. Sejak Sabtu (16/8), diperkirakan sudah ada 114 ribu lebih orang yang dievakuasi dari Afganistan.

Reuters melaporkan pihak Taliban telah memulai penyelidikan terhadap serangan drone AS tersebut, terutama mencari tahu kebenaran mengenai bom bunuh diri.  Kelompok tersebut juga memastikan bahwa mereka memiliki teknisi dan insinyur yang bisa mengambilalih operasional bandara.

Pada Minggu (29/8), Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan, serangan teroris di Bandara Kabul, Afganistan sangat mungkin kembali terjadi dalam 24-36 jam ke depan. Kedutaan Besar AS di Kabul telah mengeluarkan peringatan keamanan.

Pernyataan Biden pada Sabtu sore waktu setempat muncul beberapa jam setelah Pentagon mengatakan dua target "berprofil tinggi" ISIS tewas dan satu lagi terluka dalam serangan pesawat tak berawak AS di Afganistan. Ini merupakan langkah pembalasan menyusul serangan teroris yang menewaskan 13 anggota militer AS dan sedikitnya 170 lainnya di luar bandara pada Kamis (26/8). 

"Serangan ini bukan yang terakhir," kata Biden dalam pernyataannya dikutip dari CNN, Minggu (29/8).