Perancis Mulai Sidang Perdana Tersangka Serangan Paris 2015

ANTARA FOTO/REUTERS/Charles Plati
Ilustrasi. Polisi Prancis mengamankan sebuah area di sebuah terowongan di distrik keuangan dan bisnis La Defense dekat Paris, Prancis, Jumat (13/12/2019), setelah polisi menembak mati seorang pria yang mengancam mereka dengan pisau.
8/9/2021, 10.45 WIB

Pemerintah Perancis memulai persidangan perdana terhadap 20 orang yang diduga terlibat dalam serangan terorisme di Paris pada November 2015 yang menyebabkan 130 orang tewas dan ratusan lainnya terluka. 

Seperti dilansir dari Reuters, Pemerintah Kota Perancis meningkatkan pengamanan di ibukota. Polisi bersiaga untuk mengalihkan arus kendaraan dan pejalan kaki di sekitar gedung pengadilan Palais de Justice. Sementara itu, tepian Sungai Seine juga akan ditutup untuk publik. 

Mereka yang diizinkan untuk menghadiri persidangan akan melewati beberapa pos pemeriksaan. Ruang sidang juga dibuat khusus untuk proses persidangan kasus ini. Persidangan akan berlangsung selama sembilan bulan dan melibatkan sekitar 1.800 penggugat dan lebih dari 300 pengacara. Menteri Kehakiman Eric Dupond-Moretti menggambarkannya sebagai maraton proses keadilan yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Sebagian besar terdakwa, termasuk Salah Abdeslam, pria keturunan Prancis-Maroko berusia 31 tahun yang diyakini sebagai satu-satunya pelaku serangan yang masih hidup, menghadapi hukuman penjara seumur hidup jika divonis bersalah.Terdakwa lain, enam di antaranya diadili secara in absentia, dituduh membantu menyiapkan senjata dan mobil, atau berperan mengatur serangan.

Serangan Paris terjadi pada malam tanggal 13 November yang melibatkan aksi penembakan massal, bom bunuh diri, dan penyanderaan. Para pelaku melakukan enam penembakan massal dan tiga bom bunuh diri secara terpisah di dekat Stade de France. Serangan paling brutal terjadi di Teater Bataclan, di mana terjadi aksi tembak menembak antara pelaku dan pihak kepolisian. Sebanyak 89 orang meninggal dunia dalam aksi di gedung teater ini.

"Malam itu menjerumuskan kita semua ke dalam kengerian dan keburukan," kata Jean-Pierre Albertini, ayah Stephane, 39 tahun, yang tewas di Bataclan, dikutip dari Reuters, Rabu (8/9).

Pada 14 November 2015, ISIS mengaku bertanggung jawab atas aksi terorisme ini dan menyebutnya sebagai aksi balas dendam atas keterlibatan Perancis di perang saudara di Timur Tengah. 

Salah Abdeslam menjadi satu-satunya tersangka yang terlibat langsung dalam aksi penyerangan ini, sementara para pelaku lainnya tewas di tempat. Tiga belas orang tersangka lainnya dituding membantu penyerang dengan menyediakan senjata dan kendaraan. Sementara itu, enam orang petinggi ISIS juga akan menjalani sidang in absentia atas tudingan mengorganisir serangan.