Dubes Inggris: AUKUS Akan Patuhi Prinsip Non-Proliferasi Nuklir

ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins (kanan) berbincang dengan Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (kiri) dalam kunjungan resmi pertamanya ke Bali di Gedung Graha Sewaka Dharma, Denpasar, Bali, Senin (23/9/2019).
6/10/2021, 14.49 WIB

Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins menegaskan para mitranya di pakta AUKUS akan menaati kewajiban Traktat Non-Proliferasi Nuklir dengan sangat serius.

Jenkins mengatakan pakta AUKUS yang dibentuk Inggris, Amerika Serikat, dan Australia akan mendorong stabilitas dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik. Pakta ini, di mana salah satu inisiasi awalnya berupa penyediaan kapal selam bertenaga nuklir untuk Austalia, justru dinilai akan menguntungkan kawasan. 

Jenkins melanjutkan Australia telah berkomitmen untuk mematuhi standar tinggi untuk pengamanan, transparansi, verifikasi, dan akuntansi soal keamanan bahan nuklir.

"Kami tidak akan memulai kemitraan ini tanpa adanya komitmen tersebut,” kata Jenkins, Rabu (6/10).

Dalam keterangannya Jenkins juga menyampaikan bahwa kawasan Indo-Pasifik sangatlah penting baik di dalam maupun luar kawasan. Ia menjelaskan pada 2030 kawasan Indo-Pasifik akan menghasilkan lebih dari 40% dari PDB global. Bank Pembangunan Asia memperkirakan bahwa pada tahun 2050 pendapatan per kapita dalam hal keseimbangan daya beli akan meningkat enam kali lipat di Asia di mana angka tersebut menyerupai Eropa saat ini.

“Kawasan ini adalah rumah bagi produksi barang, jasa, dan rute perdagangan yang vital bagi ekonomi dan kesejahteraan dunia,” ujar Jenkins.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi telah menanggapi pembentukan AUKUS dengan menekankan pentingnya peran ASEAN dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Retno mengatakan negara-negara Indo-Pasifik tidak menginginkan adanya peningkatan perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan yang akan mengancam stabilitas keamanan.

“Saya sampaikan kita menerima penjelasan Australia, kita mendengarkan komitmen-komitmen yang diberikan Australia termasuk untuk terus menghormati NPT [Treaty of Non-Proliferation Nuclear], prinsip-prinsip non-proliferasi dan hukum internasional,” ujarnya dalam keterangan Resmi, Rabu (22/9).

Sebagai informasi, AUKUS dibentuk pada 15 September lalu dengan tujuan untuk membagikan teknologi termasuk infrastruktur pertahanan nuklir. AUKUS akan fokus pada upaya pembagian informasi dalam bidang artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, keamanan siber dan infrastruktur pertahanan nuklir. AUKUS juga merupakan aliansi pertahanan yang dibentuk untuk melawan dominasi Cina di kawasan Indo-Pasifik.

Salah satu bentuk kerjasamanya adalah untuk membantu Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir. Hal tersebut akan menjadikan Australia sebagai negara ketujuh yang memiliki kapal selam jenis ini jika proyek tersebut tercapai.

Sebelumnya Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y. Kim mengatakan bahwa AS tidak meminta negara ASEAN manapun termasuk Indonesia untuk memilih antara AUKUS atau negara lain. Meski demikian dirinya tidak menampik kemungkinan AUKUS untuk bekerja sama dengan negara-negara ASEAN.

"Kami akan memperkuat kerja sama dengan Indonesia dan ASEAN karena kami melihat pentingnya kawasan ini. Kami akan fokus untuk menjaga perdamaian, kemakmuran, dan keberlanjutan di kawasan ini," ujar Kim pada Rabu (29/9) lalu.

AS juga sudah pernah bekerja sama dengan Indonesia dalam bentuk melakukan latihan militer bulan Agustus lalu. Latihan tersebut diberi nama “Garuda Shield 15/2021” yang berlangsung di Pusat Latihan Tempur Baturaja, Sumatera Selatan; Amborawang, Kalimantan Timur; dan Makalisung, Sulawesi Utara.

Reporter: Nuhansa Mikrefin