Industri di Inggris Terancam Gulung Tikar Akibat Krisis Energi

ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Nicholls/aww/cfo
Sebuah papan yang menginformasikan pelanggan bahwa bahan bakar telah habis terlihat di stasiun bahan bakar Shell di London, Britain, Sabtu (2/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Nicholls/aww/cfo
13/10/2021, 09.31 WIB

Perusahaan Inggris dari berbagai sektor  mulai dari industri baja, kertas, kaca, semen, keramik dan bahan kimia terancam gulung tikar atau menaikkan harga ke konsumen. Kondisi tersebut  terjadi jika pemerintah setempat tidak menyediakan subsidi energi.

Sebagian besar perusahaan dari sektor tersebut menjadi yang paling tertekan karena krisis energi yang tengah melanda Inggris.

Pasalnya, kebanyakan dari mereka menggunakan gas alam dan listrik untuk menjalankan usahanya.

Sementara itu, dilansir dari CNN, tarif listrik diperkirakan makin melonjak saat musim dingin tiba. 

Akibatnya, perusahaan di Inggris semakin tidak kompetitif dibandingkan perusahaan sejenis di dunia yang menerima bantuan dari pemerintah di negara masing-masing.

 Tiga minggu lalu, industri makanan di Inggris berada di ambang jurang setelah pabrik yang memproduksi sebagian besar karbondioksida menghentikan operasionalnya karena harga gas alam yang melonjak.

"Diperkirakan bahwa Inggris akan terus mengalami puncak yang tinggi dan seringkali harga listrik yang tinggi mengarah kepada penghentian produksi, kerusakan pabrik dan cedera jangka panjang pada sektor baja Inggris," kata kelompok industri UK Steel, dikutip dari CNN, Rabu (13/10).

Kelompok pengusaha telah bertemu dengan pejabat Inggris untuk kedua kalinya pada hari Senin (11/10) setelah pembicaraan pada hari Jumat (8/10) gagal memuaskan para pemangku bisnis.

Beberapa eksekutif perusahaan mulai menyuarakan rasa frustrasi mereka karena lambannya pemerintah dalam mengambil langkah untuk mengatasi krisis ini.

 Stephen Elliott, kepala eksekutif Asosiasi Industri Kimia, mengatakan pada hari Senin (11/10) bahwa anggota asosiasi industri akan mulai menutup pabrik dalam beberapa minggu sebagai akibat dari kenaikan biaya produksi.

"Saya tidak mengatakan anggota kami tertatih-tatih di tepi jurang. Namun apa yang saya katakan kepada Menteri Bisnis Kwasi Kwarteng adalah jika saya meninggalkan ini tiga minggu lagi, saya tidak dapat menjamin bahwa bisnis kimia tidak akan berhenti atau menutup produksi untuk sementara," kata Elliot.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi