Inflasi AS November Tertinggi dalam 4 Dekade, Bagaimana Tapering Off?

ANTARA FOTO/REUTERS/Caitlin Ochs/aww/cfo
Ilustrasi. Indeks harga konsumen pada November mengalami inflasi 0,8% dibandingkan Oktober.
Penulis: Agustiyanti
11/12/2021, 10.51 WIB

Amerika Serikat mencatatkan indeks harga konsumen AS mengalami inflasi mencapai 6,8% secara tahunan pada November 2021, tertinggi dalam empat dekade terakhir. Kenaikan inflasi AS memicu kekhawatiran kebijakan tapering off akan dilaksanakan dalam laju yang lebih cepat, demikian dengan kenaikan suku bunga. 

Mengutip Bloomberg, Departemen Tenaga Kerja mencatatkan indeks harga konsumen juga mengalami inflasi 0,8% pada bulan lalu dibandingkan Oktober. Angka inflasi ini tak berbeda jauh dari survei yang dilakukan Bloomberg terhadap para ekonom yakni 6,8% secara bulanan dan 0,7% secara tahunan. 

Bursa saham AS menghijau setelah data inflasi yang dirilis sesuai dengan ekspektasi para ekonom. Ini berbeda dengan kenaikan inflasi yang mengejutkan pada bulan-bulan sebelumnya. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS dan dolar jatuh setelah rilis data tersebut. 

Kenaikan inflasi mencerminkan kenaikan harga yang luas di sebagian besar kategori, mirip dengan laporan bulan sebelumnya. Bensin, tempat tinggal, makanan dan kendaraan merupakan penyumbang inflasi terutama secara bulanan. 

 

Data ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mempercepat jadwal penghentian program pembelian obligasi pada pertemuan terakhir bank sentral tahun ini yang digelar minggu depan. Bank sentral di seluruh dunia kini berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mengatasi kenaikan inflasi karena para pekerja mulai membelanjakan uangnya. 

“Angka  inflasi ini terus menekan Federal Reserve,” Kathy Bostjancic, kepala ekonom keuangan AS di Oxford Economics. 

Ia memperkirakan inflasi akan tetap tinggi hingga kuartal pertama tahun ini.

Tapering off yang lebih cepat akan membuka pintu bagi The Fed untuk menaikkan bunga lebih cepat. Namun, investor memangkas taruhan pada curamnya kenaikan Fed pada tahun 2022, menunjukkan bahwa ada peluang yang lebih kuat inflasi akan melambat. Ini terutama mengingat inflasi bulanan pada November lebih kecil daripada pada Oktober. 

Inflasi AS sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai 7%. “Kami memperkirakan inflasi tetap akan tinggi dalam beberapa bulan mendatang,” kata Ekonom Bloomberg Anna Wong dan Andrew Husby.

Inflasi inti naik 0,5% secara bulanan atau 4,9% secara tahunan, tertinggi dalam tiga dekade. Biaya tempat tinggal dianggap sebagai komponen yang lebih struktural dari inflasi inti dan membentuk sekitar sepertiga dari keseluruhan indeks.

Biaya perumahan diperkirakan akan naik lebih tinggi tahun depan karena lonjakan harga sewa dan harga rumah.

Inflasi menunjukkan kenaikan pada harga-harga yang harus dibayarkan warga AS pada November, sebagai berikut:

  • Makanan naik 6,4% secara tahunan, terbesar sejak 2008.
  • Bensin naik 6,1% secara bulanan, sama dengan kenaikan Oktober.
  • Sewa tempat tinggal dan sewa setara pemilik naik 0,4% dibandingkan Oktober 

Data tersebut menggarisbawahi bagaimana badai yang sempurna dari rantai pasokan yang kacau, ekonomi yang pulih, permintaan konsumen yang kuat, dan kendala tenaga kerja telah mendorong kenaikan harga di seluruh perekonomian.

Biden mengeluarkan pernyataan Jumat (10/12) dengan menyalahkan pandemi untuk lonjakan inflasi. Dia menunjuk harga bensin turun dari puncaknya baru-baru ini dan pelonggaran harga mobil bekas grosir sebagai tanda positif. Partai Republik, bagaimanapun, telah memperingatkan bahwa Build Back Better akan mendorong inflasi lebih tinggi, sesuatu yang dengan keras dibantah oleh pemerintahan Biden.

Melihat ke tahun depan, tantangan rantai pasokan akan terus menaikkan harga dalam waktu dekat tetapi diperkirakan akan memudar karena orang Amerika beralih ke pola konsumsi yang lebih normal. Namun, faktor lain, seperti kendala tenaga kerja dan biaya perumahan, dapat membuat inflasi tetap tinggi.